Negara Burundi
BAB
I
PENDAHULUAN
Burundi adalah salah
satu negara yang terdapat di wilayah Afrika bagian Timur, negara Burundi
berbatasan dengan Rwanda di bagian utara dan bagian selatan oleh Tanzania
sementara Kongo di bagian barat,[1]
Burudi dibagi menjadi 17 provinsi dan 117 Commune,
17 provinsi tersebut adalah Bubanza, Bujumbura Mairie, Bujumbura Rural, Bururi,
Cankuzo, Cibitoke, Gitega, Karuzi, Kayanza, Kirundo, Makamba, Murawvya, Mwaro,
Ngozi, Rutuna dan Ruyigi, kemudian memiliki 3 etnis yang tinggal di Burundi,
yaitu Hutu (85%), Tutsi (14%) dan suku pribumi di Burundi adalah pygmy Twa (1%)[2],
dari ketiga etnis tersebut yang paling dominan tinggal di wilayah Burundi
adalah etnis Hutu dan Tutsi, ini dikarena kedua etnislah yang paling banyak
penduduknya dan dari segi politik dan sosial-budaya mereka sangat menguasi
sehingga terjadinya konflik antara kedua etnis ini di abad ke 20, yang memicu
konflik perang sipil ini adalah karena adanya perbedaan sosial antara Hutu dan
Tutsi.
Burundi terletak di antara garis lintang 3,2836 ° Selatan
dan 29,8293 ° BT. Puncak tertinggi, Mount Heha di 2.685 m (8.810 kaki),
terletak di sebelah tenggara ibukota, Bujumbura. Danau Victoria merupakan
sumber air yang penting. Danau utama lainnya adalah Danau Tanganyika, terletak
di banyak sudut barat daya Burundi. Wilayah Burundi sebagian besar pertanian
atau padang rumput. Terdapat dua taman nasional, Kibira National Park di barat
laut (daerah kecil hutan hujan, berdekatan dengan Nyungwe Forest National Park
di Rwanda), Ruvubu Taman Nasional ke timur laut (sepanjang Sungai Rurubu, juga
dikenal sebagai Ruvubu atau Ruvuvu). Keduanya dibangun pada tahun 1982 untuk
melestarikan populasi satwa liar. Burundi pada umumnya memiliki iklim tropis
dataran tinggi, dengan kisaran suhu harian yang cukup bervariasi, terutama
sebagai akibat dari perbedaan ketinggian. Dataran tinggi tengah memiliki cuaca
sangat dingin, dengan suhu rata-rata 20 ° C (68 ° F). Daerah sekitar Danau
Tanganyika hangat, rata-rata 23 ° C (73 ° F); daerah pegunungan tertinggi
dingin, rata-rata 16 ° C (60 ° F). Suhu rata-rata tahunan Bujumbura adalah 23 °
C (73 ° F)[3].
Burundi, awalnya bernama Rwanda-Urundi (the other Rwanda), merupakan
daerah mandat PBB di bawah Belgia. Ketika merdeka pada 1 Juli 1962, ia berganti
nama menjadi Kerajaan Burundi. Ibu kotanya adalah Bujumbura.
Negara ini memiliki kepadatan penduduk yang tertinggi dari semua 150 negara
Afrika. Namun populasi ini tidak menyebar tidak merata, karena sering
terjadinya konflik dari etnik di wilayah ini. Pendapatan per kapita Burundi sekitar
$US 279 (salah satu negara termsikin di dunia) menggantungkan hidupnya pada
bantuan asing, negara Burundi ini menyimpan sejarah panjang karena mengalmi
konflik yang sangat serius di wilayah Afrika. Negara yang memilik motto Unity, Work dan Progress ini harus
menghadapi rangkaian kudeta dan perang etnik.
Luas wilayah kurangnya
dari 27.830 km2 jumlah penduduk sekitar 6.100.000 jiwa dengan angka
kepadatan penduduk 206 jiwa[4]. Mayoritas
penduduk di Burundi menggunakan bahasa Kirundi dan Perancis, keduanya merupakan
bahasa resmi Burundi[5]. Meski
Burundi masuk ke bagian Afrika Timur, namun posisinya di benua Afrika sehingga dianggap masuk ke wilayah bagian
Afrika Tengah, Burundi merdeka dari kolonialisasi Belgia pada 1 Juli 1962.
Burundi juga merupakan sebagai negara banyak mengalami masalah, terutama
kelaparan, penyakit HIV/AIDS, kemiskinan, dan berbagai konflik etnis pada abad
ke 20 yang menewaskan ratusan ribu rakyat sipil adalah masalah besar yang telah
melanda negeri Burundi.[6]
Dalam makalah ini
penulis menjelaskan tentang bagaimana keadaan agama di Burundi yang mayoritas
penduduknya adalah Kristen dalam menghadapi berbagai konflik yang terjadi di
wilayah Burundi. Selain itu penulis juga menjelaskan bagaimana keadaan
pendidikan di negara Burundi, negara Burundi adalah negara termiskin yang ada
di wilayah Afrika Timur, namun hal tersebut tidak mengurangi peran pendidikan
itu sendiri di negara Burundi. Dalam makalah ini juga dibahas mengenai
bagaimana keadaan sosial-budaya di Burundi, negara yang mengalami konflik
antara etnis ini ternyata membawa dampak yang signifikan bagi keadaan
sosial-budaya di Burundi, hal kecil saja bisa dilihat dari dampak yang
ditunjukkan oleh para perempuan dan anak-anak di Burundi. Oleh karena itu
Burundi mencoba untuk memulihkan kembali trauma para korban yang berkepanjangan
akibat konflik tersebut.
BAB II
AGAMA DI BURUNDI
Mayoritas Burundi adalah menganut
agama Katholik Roma sedangkan penduduk lain beragama Kristen Protestan dan
agama lainnya. orang Kristen (Katolik Roma 62%, Protestan 5%). Sisanya adalah
Muslim (10%) dan agama pribumi keyakinan (23%).
a.
Kristen di Burundi
Agama
mayoritas di negara Burundi adalah Kristen, populasi Kristen mencapai 67
persen. Dari data yang didapatkan bahwa Kristen di Burundi dari total populasi
masyarakat yang kurang lebih 8.380.000 jiwa[7],
mencapai angka 7.667.700 jiwa sehingga dipersentasikan mencapai 91.5%.
mayoritas agama Kristen di Burundi ini disebabkan karena dahulu Burundi merdeka
oleh negara Belgia, Belgia merupakan negara Eropa yang mayoritas penduduknya
adalah beragama Kristen, sehingga nampak dengan jelas dominasi Kristen yang
banyak mendiami wilayah Burundi.
b.
Agama Pribumi
Dari total
populasi masyarakat yang kurang lebih 8.380.000 jiwa, jumlah agama pribumi di
Burundi mencapai angka 477.660 jiwa sehingga dipersentasikan 5.7%. agama
pribumi di Burundi diantaranya adalah agama selain agama Islam dan Kristen.
c.
Muslim di Burundi
Dari total
populasi masyarakat yang kurang lebih 8.380.000 jiwa, agama Islam mencapai
angka 234.640 jiwa sehingga dipersentasikan 2.8%. Muslim Burundi memiliki
hubungan dekat dengan Kiswahili, bahasa suku Bantu yang memiliki sejumlah
kosakata penting dari bahasa Arab. Jarang ditemukan Muslim Burundi yang tidak
bisa berbicara bahasa ini. Karena itu, istilah "Swahili" sering
digunakan untuk menyebut Muslim di Burundi[8]. Menurut data Pew Research Center, pada 2009 jumlah Muslim di Burundi hanya
mencapai 180 ribu jiwa atau 2 persen dari total populasi negara itu, namun
berdasarkan data The World Factbook
dalam situs CIA yang diperbarui
setiap pekannya, populasi muslim di Burundi mencapai 10 persen dari total
populasi penduduk.
Di tengah
berbagai keterbatasan itu, umat Islam Burundi masih berupaya untuk menunaikan
ibadah haji ke Tanah Suci. Musim Haji 1432 H, ada 44 Muslim dari negeri yang
terletak di Afrika Timur itu yang berkesempatan untuk bertamu ke Rumah Allah
SWT.
Ini adalah
kesempatan sekali dalam seumur hidup. Ketika jamaah haji kembali, kita berharap
mereka akan menjadi Muslim yang sebenarnya, karena mereka mendapatkan
kesempatan untuk bertobat selama perjalanan[9].
Para jamaah haji dari Burundi itu mengaku sangat bahagia bisa menunaikan rukun
Islam yang kelima. Betapa tidak. Untuk bisa melakukan perjalanan yang
menghabiskan biaya 2.950 dolar AS atau 26,5 juta itu mereka harus menunggu
cukup lama. Mengapa hanya 44 muslim yang berangkat haji, ini bisa dimaklumi,
karena selain negara itu tergolong miskin, Islam juga menjadi minoritas di negara
yang berbentuk republik itu.
Meski
muslim menjadi minoritas di negara Burundi, umat Islam disana mulai merasakan
nikmatnya libur hari Raya Idul Fitri. Sejak idul fitri 1426 H/2005 M, hari raya
umat Islam itu untuk pertama kali ditetapkan sebagai hari libur nasional
Burundi, setelah negara itu merdeka selama 43 tahun. Sedikit demi sedikit,
Islam mulai masuk ke Burundi. Tahun 1885 Gubernur Ujiji Mohammaed bin Khalfan
memutuskan untuk memperluas kekuasaannya ke selatan dengan maksud untuk
memperoleh banyak gading dan budak belian. Pada tahun 1890, rombongan
misionaris pertama tiba di kota Burundi. Disana mereka menemukan “wangwana”
nama yang diberikan kepada muslim di Afrika Tengah. Ini menunjukan bahwa Muslim
telah tiba dahulu dari pada Kristen. Saat perang dunia I mayoritas populasi di
Burundi adalah muslim[10].
Muslim
Burundi kebanyakan tinggal di beberapa kota seperti Gitega, Rumonge, Nyanza,
Muyinga, dan Makamba. Sedangkan komunitas Muslim terbesar ada di Bujumbura,
ibukota Burundi. Di kota ini, masjid utama Burundi dan Islamic Cultural Center
yang dibangun pemerintah Libia (di bawah pimpinan Presiden Bagaza) berada.
Muslim
Burundi berasal dari suku dan bangsa yang beragam. Selain penduduk asli Burundi
(Hutu dan Tutsi, konon telah berada di Burundi sejak abad 15), Muslim Burundi
juga berasal dari Rwanda. Selain itu, ada pula Warabu (sebutan bagi pedagang
Arab dan Oman yang telah tinggal di Burundi), serta Bahindi (orang-orang India
dan Pakistan yang juga telah lama bermukim di Burundi). Adapun para pedagang
dari Mali, Senegal, dan Pantai Gading yang datang untuk mengimpor pakaian dan
kain atau bertransaksi emas yang ditambang dari Kongo. Islam mula-mula
diperkenalkan oleh para pedagang Arab dan Swahili yang tiba di Burundi sejak
awal abad 19, melalui Samudera Hindia melewati Ujiji (sekarang wilayah di
Tanzania) untuk mencari gading dan juga budak[11].
Selanjutnya,
Islam di Bujumbura meningkat dengan kolonisasi yang dilakukan oleh Jerman yang
sebagian tentara kolonialnya beragama Islam. Pada waktu yang sama, para
pedagang India dan Arab berduyun-duyun memasuki Bujumbura demi meraup
keuntungan berdagang yang lebih besar dari kota yang sedang berkembang
tersebut.
BAB
III
PENDIDIKAN DI BURUNDI
a.
Struktur
Pendidikan di Burundi
1.
Pendidikan Dasar
Pendidikan
dasar berlangsung selama enam tahun yang mengarah ke d'Etudes Certificat
primaires (dasar pendidikan).
2.
Pendidikan
Lanjutan/Menengah
Pendidikan
menengah dibagi menjadi pendidikan menengah bawah dan atas. Pendidikan menengah
rendah tersedia bagi mereka yang lulus Ujian Masuk Nasional dan berlangsung
empat tahun. Sebuah tes nasional dikenakan pada semua orang yang menyelesaikan
pendidikan menengah pertama. Catatan mereka diserahkan kepada Komisi Orientasi
Nasional. Sekolah pada tingkat menengah atas berlangsung tiga tahun setelah
pendidikan lebih rendah dan mengarah ke Diplome d'Etat, yang memberikan akses
ke pendidikan tinggi. Pendidikan teknik berlangsung tujuh tahun.
3.
Pendidikan
Tinggi
Pendidikan
tinggi terutama disediakan oleh Université du Burundi. Hal ini sebagian besar
dibiayai oleh negara dan menikmati otonomi administrasi dan manajemen. Hal ini
dikelola oleh seorang Rektor yang ditunjuk oleh Presiden Republik selama empat
tahun. Pembuatan kebijakan merupakan tanggung jawab dari Dewan Pengarah
diangkat oleh Presiden Republik dan mewakili bidang utama kegiatan tentang
pengembangan pendidikan tinggi. Empat perguruan tinggi swasta telah diciptakan
baru-baru ini.
b.
Struktur Pendidikan Guru di Burundi
1.
Pelatihan pra-dasar Guru
Guru
sekolah dasar terlatih dengan "pédagogiques lycées" yang menawarkan
studi dibagi menjadi dua siklus dua tahun masing-masing. In-service pelatihan
guru primer adalah kegiatan rutin Kantor Pendidikan Pedesaan (BER), badan
pengembangan kurikulum.
2.
Pelatihan Guru Menengah
Guru
sekolah menengah dilatih di Universitas Burundi dari mana mereka lulus setelah
empat tahun di berbagai spesialisasi. Beberapa guru khusus dilatih untuk
pendidikan menengah, juga dilatih di Institut Pedagogi selama tiga sampai lima
tahun. Mereka juga dapat dilatih di "Normales supérieures Ecoles."
c.
Universitas Burundi
Pada awal tahun 1960-an, pendidikan tinggi di
Burundi terdiri daripada tiga institusi: Institut Pertanian Ruanda-Urundi, institut
facultaire of Usumbura (institut Universiti Usumbura), dan Fakulti Sains
Usumbura. Pada tahun 1964, ketiga-tiga institusi ini telah bergabung untuk
mewujudkan Universiti rasmi Burundi, dikenali sebagai Université officielle
de Bujumbura (UOB). Univeristas ini dibagi atas sekolah-sekolah dan
institute yang terdiri dari jenisnya, antara lain
1.
Sekolah
·
Ekonomi dan Sains
2.
Institut
·
Teknologi - Institut Technique
Supérieur
d.
Mahasiswa Asing Belajar di Burundi
Dalam sistem pendidikan di Burundi, mahasiswa asing
yang ingin belajar di Burundi harus memenuhi syarat kualfikasi yang telah ditentukan
oleh pemerintah Burundi diantaranya adalah sebagai berikut[12]:
·
Mahasiswa
asing harus mengikuti tujuh tahun pendidikan umum (Tinggi sekolah diploma) atau
memegang ijazah teknisi
·
Mereka
harus memegang visa dan ijin tinggal
·
Mereka
harus memiliki pengetahuan yang baik dari bahasa Perancis
·
Mereka
harus mengajukan permohonan kepada badan nasional untuk masuk ke Universitas
melalui Komisi Nasional Orientasi Pendidikan Tinggi.
e.
Keadaan Sekolah Islam di Burundi
Insani
Yardim Vakfi, sebuah yayasan kemanusiaan berbasis di Turki, mengungkapkan, pada
2007 pendidikan masih
menjadi permasalahan signifikan
di
Burundi, terutama di kalangan umat Islam. Sedangkan, pedidikan non-Islam lebih
baik karena ditunjang
oleh berbagai bantuan dari para misionaris.
Sayangnya,
kaum Muslim di Burundi tidak memiliki dukungan yang signifikan dari dunia
Islam di bidang tersebut. Karena
itu, keberadaan sekolah
Islam
di sana teramat sedikit. Itu pun dengan kondisi yang serba terbatas, seperti bangunan
sekolah yang setengah
jadi atau dibangun sekadarnya, serta jumlah buku ajar dan Alquran yang
terbatas. Kebanyakan
anak Muslim belajar
di sekolah negeri, dengan
kurikulum
pendidikan agama yang
hanya
membidik murid-murid
Kristen.
Selain sekolah negeri,
sekolah-sekolah
Katolik adalah pilihan
lainnya.
Kebanyakan
anak muslim belajar di sekolah negeri, dengan kurikulum pendidikan agama yang
membidik murid-murid Kristen. Selain sekolah negeri, sekolah-sekolah Katolik
adalah pilihan lainnya bagi siswa muslim yang ingin bersekolah.
BAB
IV
SOSIAL
BUDAYA DI BURUNDI
Burundi adalah salah satu negara yang terletak di jantung Afrika,
sangat sedikit memiliki homogenitas linguistik. Mayoritas penduduk Burundi
berbicara dalam bahasa nasional yang sama, seperti Kirundi kemudian bahasa Perancis
adalah bahasa asing pertama, yang menjadi bahasa administrasi. Bahasa Inggris
adalah bahasa penting karena pembukaan negara untuk dunia usaha dan pasar
internasional. Swahili, bahasa perdagangan di atas semua, dituturkan di
kota-kota dan di sepanjang Danau Tanganika.
a.
Konflik
Suku Hutu dan Tutsi
Masyarakat Huto dan Tutsi telah
menduduki wilayah Burundi sejak lima abad lalu. Pada awal abad ke tujuh, Jerman
dan Belgia menduduki wilayah tersebut dan Burundi, Rwandi menjadi negara koloni
kedua negara eropa tersebut dikenal dengan sebutan Rwanda-Burundi. Kerusuhan
politik terjadi akibat adanya perbedaan sosial antara Tutsi dan Hutu, Begia dan
Jerman memprovokasi terjadinya perang saudara di Burundi abad 20.
Pada
tahun 1993, Burundi mengadakan pemilihan presiden dengan terpilihnya Melchior
Ndadaye menjadi presiden Burundi yang berasal dari etnis Hutu untuk pertama
kalinya. Namun baru beberapa bulan menjabat, Ndadaye kemudian dibunuh
sekelompok tentara Tutsi melalui serangan kudeta. Presiden selanjutnya, Cyprien
Ntaryamira yang juga berasal dari etnis Hutu menjadi korban dalam jatuhnya
pesawat yang ditumpangi bersama dengan Presiden Rwanda. Adanya insiden-insiden
itulah yang. Konflik di Burundi terus berlanjut hingga tahun 1996, saat Pierre
Buyoya dari etnis Tutsi mengambil alih kekuasaan melalui suatu kudeta. Antara
tahun 1993 sampai dengan 1999, konflik di Burundi diperkirakan telah
mengakibatkan korban tewas sebanyak 300.000 jiwa dan sekitar 1,3 juta warga
menjadi pengungsi[13].
b.
Wanita
dalam Konflik Burundi
Dalam
strata sosial, wanita memegang peranan penting dalam kehidupan domestik di
Burundi. Wanita tidak hanya sekedar mengerjakan pekerjaan rumah tangga, tetapi
juga menjadi guru bagi anak-anak mereka di rumah. Selain menjalankan fungsinya
sebagai ibu rumah tangga, wanita Burundi juga memegang peranan penting dalam
upacara adat serta seremonial lainnya. Mereka memegang pertanggung jawaban
dalam hal konsumsi serta pertunjukkan[14].
Dalam
pencegahan dan resolusi konflik, wanita Burundi juga ikut berperan aktif, mereka
berkontribusi dengan cara mengajarkan serta menyebarkan nilai-nilai perdamaian
didalam keluarganya, serta menjadi penengah apabila terjadi konflik di
lingkungan tempat tinggalnya. Ketika konflik pecah pada tahun 1993, beberapa
wanita pernah menjadi bagian dari politik pada era 1970-1990 mengamati bahaya
dari konflik tersebut. Wanita Burundi juga ikut berperan aktif dalam beberapa
konferensi resolusi konflik tingkat internasional. Seperti di Cape Town Afrika
Selatan pada tahun 1998, delegasi Burundi dipimpin oleh Mme Sophie Buyoya yang
merupakan istri dari presiden Buyoya serta konferensi di Kampala, Uganda pada
tahun 1998 dimana mereka berpartisipasi dalam koferensi perdamaian dan yang
terakhir saat Perjanjian Arusha.
Keterlibatan
wanita Burundi dalam Perjanjian Arusha merupakan sebuah prestasi dalam peacebuilding
yang dilakukan oleh wanita. Keterlibatan mereka dibantu oleh badan dari PBB
yang bernama United Nations Development Fund for Women (UNIFEM) UNIFEM
telah membantu perdamaian di Burundi sejak tahun 1994. Selama di Burundi UNIFEM
memberikan bantuan dalam bentuk fisik maupun non-fisik. Pada tahun 2002, UNIFEM
mendukung pemerintah Burundi dalam mengembangkan national gender policy di
Burundi. Dalam hal ini, UNIFEM bekerjasama dengan organisasi AFRICARE Burundi. UNIFEM
menyediakan bantuan baik dalam bentuk finansial maupun teknik seperti mempromosikan
program hak-hak wanita dan kesetaraan gender.
Dalam
menjalankan misinya untuk membangun perdamaian di Burundi, UNIFEM menerapkan gender
maninstreaming strategy atau strategi pengarusutamaan gender. Ini merupakan
strategi untuk membuat wanita juga disetarakan dengan pria. Tujuan dari
diterapkannya strategi ini adalah kesetaraan gender. Strategi ini juga
merupakan strategi agar wanita juga ikut dilibatkan serta diperhatikan dalam
implementasi, pemantauan dan evaluasi kebijakan baik dalam bidang politik,
ekonomi, dan sosial. Sehingga, wanita juga sama terlibatnya dengan pria.
c.
Kemiskinan
di Burundi
Sebab utama dari kemiskinan Burundi
adalah tentu saja karena dijajah Jerman, yang kemudian diambil alih Belgia,
pada masa-masa kolonialisme negara Eropa. Setelah merdeka di tahun 1962.
Pendapatan per kapota Burundi rendah sekita $US 279, Burundi juga memiliki
produk domestic bruto yang rendah, ini disebabkan oleh konflik perang saudara
antara Hutu dan Tutsi. Faktor lain yang menyebabkan negara Burundi menjadi
miskin ialah karena faktor geografis yang sangat gersang, sistem hukum yang
miskin, kurangnya kebebasan ekonomi, kurangnya akses pendidikan dan
berkembangnya penyakit HIV/AIDS. Sekitar 80% penduduk Burundi mengalami hidup
dalam kemiskinan, kelaparan dan kekurangan pangan. Menurut data yang diambil
oleh World Food Programme (Program Pangan Dunia), 56.8% anak di bawah usia lima
tahun Burundi menderita penyakit Malnutrisi Kronis.
d.
Puisi dan Lagu
Budaya Burundi didasarkan pada lagu, puisi, tarian, cerita
dan legenda. Puisi dibacakan pada mala-malam tertentu; itu adalah sebagian
besar berpusat sekitar tema pastoral. Lagu-lagu populer yang kaya dan beragam
yang diberikan pada keluarga dan komunal fêtes dan festival, dan dinyanyikan
selama bekerja di ladang.
Para pengembala memiliki lagu sendiri yang mereka bernyanyi
di akhir hari ketika menggiring binatang kembali dari padang rumput; dan di
rumah para sesepuh menceritakan kisah-kisah generasi muda dan legenda yang
berkaitan kehidupan nenek moyang mereka.
e.
Kesenian
Seni Burundi sangat bervariasi. Hal
ini ditandai dengan motif-motif dekoratif dan pola-pola geometris di mana
inspirasi awal artis mendominasi. Ini seni yang sangat bergaya memiliki harmoni
yang berasal dari asimetri dan kontras yang tidak berbenturan. Ia menemukan
ekspresi dalam besi tempa, barang anyaman, barang tembikar, patung dan pahatan
relief.
Seni tari dari Burundi[15]:
Gitega, di tengah-tengah, telah penari
tradisional, bernama "Batimbo," yang melakukan dengan diiringi
rebana. Para pemain telah mengambil bagian dalam festival internasional di
Washington, Montreal, Berlin, Algiers, Dakar, Munich, Rennes, Tokyo dan tempat
lain, dan telah antusias diakui.
Kirundo, terletak di utara juga merupakan
tempat yang ideal untuk orang-orang yang mencintai Afrika, dengan cara
tradisional dan irama leluhur, karena bagi mereka yang mencari keheningan dan
kedamaian. Tidak jauh dari kebohongan Kirundo Kabang dan Mukenke, buaian dunia
yang terkenal “ Intore,” pasukan dan penari-drumer yang unggul pada jenis yang
mengejutkan dan menarik dari tari. Hal ini juga salah satu bentuk tari beberapa
di dunia di mana para penari ditetapkan mengalahkan untuk musisi bukan sebaliknya.
f.
Bidang Pendidikan (Beasiswa)
Hubungan bilateral dalam bidang
sosial budaya fokus kepada pendidikan. Setiap tahunnya pemerintahan Indonesia
menawarkan beasiswa Dharmawisma dan Developing Countries Partnership Program
(KNB) bagi mahasiswa Burundi. Indonesia juga aktif memberikan
pelatihan-pelatihan kepada masyarakat Burundi terutama dalam kerangka
South-South Cooperation.
Hal ini dilakukan agar tingkat
pendidikan di Burundi semakin meningkat, kemudian juga membuat negara Burundi
tidak semakin terpuruk, karena faktor kemiskinan yang melanda negeri ini.
BAB V
KESIMPULAN
Negara Burundi merupakan
wilayah dibagian Afrika Timur, negara ini merdeka dari kolonialisasi Belgia
pada 1 Juli 1962. Burundi juga merupakan sebagai negara banyak mengalami
masalah, terutama kelaparan, penyakit HIV/AIDS, kemiskinan, dan berbagai
konflik etnis pada abad ke 20 yang menewaskan ratusan ribu rakyat sipil adalah
masalah besar yang telah melanda negeri Burundi.
Agama merupakan alat
untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, mayoritas penduduk Burundi ialah menganut
agama Kristen, penyebab mayoritas Kristen di Burundi adalah kekuasaan awal
dipegang oleh negara Eropa khususnya Belgia, karena Belgia merupakan negara
yang mayoritas penduduknya adalah Kristen, sehingga disitulah kenapa banyak
sekali masyarakat di Burundi beragama Kristen. Islam sendiri di negara Burundi tidak
banyak hanya sekitar 2 persen dari total penduduk di Burundi.
Sistem pendidikan yang
diterapkan di Burundi sangat baik, hingga dibangunlah salah satu Universitas
Burundi, yang mana mahasiswanya juga banyak yang datang dari berbagai negara,
berbeda dengan sekolah Islam, sekolah Islam di Burundi sangatlah minim, karena
terjadinya diskriminasi oleh penguasa disana yang mayoritas adalah Bergama
Kristen.
Negara Burundi
merupakan negara yang mengalami banyak konflik, terutama konflik saudara,
antara etnik Hutu dan Tutsi, ini terjadi akibat kesalahpahaman dan tindakan adu
domba dari negara-negara Eropa, sehingga pecahlah perang saudara ini, yang
banyak menyebabkan masyarakat sipil yang tewas akibat perang saudara tersebut.
DAFTAR
PUSTAKA
Sumber
Buku :
Astitiningsih,
Ni Komang. Peranan Operasi Perdamaian
Perserikatan Bangsa-bangsa di Burundi Tahun 2004-2006.
Komandoko,
Gamal. Ensikolpedia Pelajar dan Umum.
Yogyakarta: Pustaka Widyatama, 2010.
Sumber Jurnal :
Joseph,
Gahama. Conflict Prevention, Management
and Resolution in Burundi, Situs Justice. 2002. Akses. 1/12/2016 web. http://justice.gov.bi/IMG/pdf/GAHAMA_-_Conflict
_prevention---_2002.pdf
Republika,
Dunia Islam: Islam di Burundi: Geliat di
Tengah Konflik Saat Perang dunia I Pecah, Mayoritas Populasi Bujumbara Telah
Mememluk Islam, 2011.
Women and Peace
in Africa: Case studies on traditional conflict resolution practices, UNESCO. 2003.
Akses. 1/12/2006. http://unesdoc.org/images/001332/133274e.pdf
Xavier in Burundi, Muslims in Burundi: Descreation and
Neutrality: 1999
Sumber
Internet :
Anggraini,
Devi. Islam di Burundi: Geliat Islam di
Tengah Konflik, Akses. 1/12/2016. http://www.republika.co.id/berita/dunia-Islam/khazanah/12/05/07/m3nedh-Islam-di-burundi-geliat-Islam-di-tengah-konflik.
http://www.kemlu.go.id/daressalam/id/pages/Burundi.aspx
http://www.religion-facts.co,/id/I.
Sarwiyantri,
Virga. Burundi: Kemerdekaan yang belum
dinikmati, Akses. 1/12/2016. http://www.enjoyburundi.info/burundi-bwiza/burundi-bwiza-ii/?lang=id.
[1] Gahama Joseph, Conflict Prevention, Management and
Resolution in Burundi, Situs Justice. 2002. Akses. 1/12/2016 web. http://justice.gov.bi/IMG/pdf/GAHAMA_-_Conflict
_prevention---_2002.pdf
[2] Virga Sarwiyantri, Burundi: Kemerdekaan yang belum dinikmati,
Akses. 1/12/2016. http://www.enjoyburundi.info/burundi-bwiza/burundi-bwiza-ii/?lang=id.
[3] http://www.kemlu.go.id/daressalam/id/pages/Burundi.aspx
[4] Gamal Komandoko, Ensikolpedia Pelajar dan Umum.
Yogyakarta: Pustaka Widyatama, 2010, h. 290.
[5] AnneAhira.com Content Team: Burundi. Akses 1/12/2016. http://www.anneahira.com/burundi.htm
[6] Devi Anggraini, Islam di Burundi: Geliat Islam di Tengah
Konflik, Akses. 1/12/2016. http://www.republika.co.id/berita/dunia-Islam/khazanah/12/05/07/m3nedh-Islam-di-burundi-geliat-Islam-di-tengah-konflik.
[7] http://www.religion-facts.co,/id/I.
[8] Xavier in Burundi, Muslims in Burundi: Descreation and
Neutrality: 1999
[9]
Kutipan Mufti Abdul Karim dikutip dalam allafrica.com. Akese. 1/12/2016
[10] Republika, Dunia Islam: Islam di Burundi: Geliat di Tengah Konflik Saat Perang
dunia I Pecah, Mayoritas Populasi Bujumbara Telah Mememluk Islam, 2011,
h.10.
[11] Devi Anggraini, Islam di Burundi: Geliat Islam di Tengah
Konflik, Akses. 1/12/2016. http://www.republika.co.id/berita/dunia-Islam/khazanah/12/05/07/m3nedh-Islam-di-burundi-geliat-Islam-di-tengah-konflik.
[12] Virga Sarwiyantri, Burundi: Kemerdekaan yang belum dinikmati,
Akses. 1/12/2016. http://www.enjoyburundi.info/burundi-bwiza/burundi-bwiza-ii/?lang=id.
[13] Ni Komang Astitiningsih, Peranan Operasi Perdamaian Perserikatan
Bangsa-bangsa di Burundi Tahun 2004-2006.
[14] Women and Peace in Africa: Case studies on traditional conflict
resolution practices, UNESCO. 2003. Akses. 1/12/2006.
http://unesdoc.org/images/001332/133274e.pdf
[15] Virga Sarwiyantri, Burundi: Kemerdekaan yang belum dinikmati,
Akses. 1/12/2016. http://www.enjoyburundi.info/burundi-bwiza/burundi-bwiza-ii/?lang=id.
JOIN NOW !!!
BalasHapusDan Dapatkan Bonus yang menggiurkan dari dewalotto.club
Dengan Modal 20.000 anda dapat bermain banyak Games 1 ID
BURUAN DAFTAR!
dewa-lotto.name
dewa-lotto.org