Chaerun Nisa Noviani - Derap Aku Melangkah Di Jasinga


Epilog

Langkah Untuk Memulai.
Waktu telah menunjukkan di mana semua para mahasiswa dituntut untuk melakukan salah satu kewajibannya yaitu melakukan pengabdiaan kepada masyarakat yang biasa disebut dengan istilah Kuliah Kerja Nyata (KKN), di mana KKN merupakan suatu kegiatan perkuliahan dan kerja lapangan sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat. Kegiatan yang dilaksanakan oleh para mahasiswa melalui berbagai macam tugas dan merupakan bentuk pengaplikasian dari berbagai macam teori yang diperoleh selama kuliah dan diwujudkan dalam kegiatan yang secara langsung ditujukan kepada masyarakat.
Hingga pada suatu hari, pengumuman pembagian kelompok KKN diumumkan melalui website kampus, lalu pada saat itu pula saya melihat bahwa saya berada di anggota KKN MAGER 066. Saat itu pula saya berharap semoga rekan-rekan kuliah dan kerja saya selama satu bulan mendatang akan menyenangkan. Beberapa waktu kemudian, informasi tempat pengabdian atau lokasi KKN pun diumumkan dan saat itu saya mengetahui bahwa tempat lokasi KKN saya berada di Jasinga tepatnya di Desa Kalongsawah.
Setelah mengetahui lokasi di mana saya akan melakukan pengabdian selama sebulan penuh, lalu saya mencari informasi mengenai daerah tersebut. Namun apa yang saya dapatkan? Saya mendapat informasi yang tidak begitu baik mengenai daerah tersebut. Rumor pembegalan hingga makhluk halus pun masih banyak terjadi di daerah tersebut. Hal itu membuat persepsi saya mengenai daerah tersebut tidak baik. Rasa takut pun bahkan menyelimuti diri saya kala itu. Selain itu, saya pun merasakan kekhawatiran tidak mampu beradaptasi secara baik dengan masyarakat, lingkungan sekitar, dan tidak merasa nyaman tinggal di daerah tersebut.
Jauh sebelum KKN berlangsung, saya bersama anggota kelompok KKN mengadakan rapat rutinan untuk merencanakan dan mempersiapkan kegiatan tersebut agar berjalan lancar dan sukses sesuai harapan. Hingga akhirnya, susunan panitia, program kerja, pembagian kerja, anggaran, hingga permohonan bantuan dana telah kami selesaikan yang dituangkan dalam bentuk proposal KKN. Tak lupa pula saya melakukan survei ke tempat KKN terlebih dahulu sebelum KKN itu dimulai. Setelah proposal selesai, maka kami mengajukan proposal tersebut ke berbagai lembaga dengan harapan akan mendapatkan dukungan baik secara material maupun non material akan kegiatan KKN tersebut. Namun apa yang terjadi? sampai waktu telah mendekati pelaksanaan kegiatan KKN, tidak semua lembaga yang telah kami ajukan proposal memberikan respon dan dukungan yang baik. Maka saya pribadi, merasa kekhawatiran akan keberlangsungan dan kelancaran akan pelaksanaan kegiatan KKN. Tak hanya itu, ketika rapat berlangsung pun, jarang dihadiri oleh seluruh anggota kelompok sehingga saya belum dapat mengenal mereka lebih dekat dan hubungan yang terjalin pun belum terasa erat.

Kisah Pembelajaran, Konflik Serta Kebersamaan.
Dalam kegiatan ini saya dipertemukan dengan para mahasiswa lainnya dari berbagai macam jurusan dan fakultas yang berbeda, untuk melakukan tugas yang sama yaitu melakukan pengabdian kepada masyarakat melalui kegiatan KKN. Untuk pertama kalinya saya bertemu dengan anggota kelompok KKN saya dalam acara pembekalan KKN pada bulan Maret 2016 dan merekalah yang akan menjadi rekan kuliah dan kerja saya selama satu bulan mendatang.
MAGER, kepanjangan dari Mahasiswa Bergerak. Itulah nama kelompok KKN saya. Kelompok yang beranggotakan sebelas orang di mana terdiri dari 7 laki-laki dan 4 perempuan. Dengan nama ini diharapkan kami dapat menjadi mahasiswa yang dapat melakukan perubahan yang baik melalui pergerakan yang kami lakukan. Kami secara bersama-sama melakukan pergerakan dan pengabdian di Desa Kalongsawah, tepatnya di Kampung Peuteuy dan Kampung Toge Lebak yang merupakan dusun satu dari Desa Kalongsawah. Di sinilah tempat saya mengabdi.
Jauh sebelum adanya KKN dan pertemuan saya bersama ke sepuluh rekan KKN, saya merasakan kekhawatiran akan pelaksanaan KKN tersebut seperti kekhawatiran akan ketidaknyamanan harus bekerja sama dengan rekan KKN yang baru saya kenal, memiliki pola pikir dan karakter yang berbeda serta tidak bisa hidup nyaman dan menyenangkan di tempat KKN.
Kekhawatiran dan ketakutan saya ketika sebelum KKN, tidaklah terjadi. Kenyataannya jauh lebih baik dari apa yang saya bayangkan sebelumnya. Menyenangkan dan sangat berkesan. Saya bahagia dapat bertemu dan mengenal lebih jauh dengan kesepuluh orang yang merupakan anggota KKN MAGER 066, selain mereka menjadi rekan kuliah dan kerja saya  juga mereka menjadi keluarga baru bagi saya. Semakin hari saya semakin mengenal kepribadian mereka juga saya merasakan kebersamaan dengan mereka selama hidup di sana.
Hidup bersama satu atap selama 30 puluh hari lamanya dengan sepuluh kepala yang berbeda, karakter dan sifat yang berbeda pula tidaklah mudah dan tidak selalu berjalan lancar serta menyenangkan. Tidak mudah untuk menyatukan dan menyamakan pemikiran satu sama lain sehingga timbulah konflik. Ketika konflik terjadi seperti perbedaan pendapat, keegoisan, tidak memahami satu sama lain, hingga  membuat hubungan antar individu menjadi kurang baik sehingga berdampak pada situasi dan kondisi kelompok menjadi tidak nyaman dan menyenangkan untuk sementara waktu. Namun konflik itu tentu menjadi bumbu pelengkap kehidupan yang dijadikan pelajaran, sehingga secepat mungkin kami menyelesaikan konflik tersebut dan menjadi evaluasi untuk ke depanya. Seiring berjalannya waktu, kami pun dapat mengenal dan memahami sifat dan karakter satu sama lain sehingga kami dapat hidup bersama secara rukun dan dapat bekerja sama dengan baik.

Kesan dan Pembelajaran dari Masyarakat Desa Kalongsawah.
Persepsi awal saya mengenai tempat KKN kala itu adalah tempatnya jauh dari perkotaan, pelosok, banyak aturan, dan kepercayaan setempat yang harus diikuti serta larangan tertentu. Kondisi lingkungan yang masih terbilang rawan karena berada di daerah pegunungan dan hutan serta beredarnya rumor pembegalan dan gangguan makhluk halus. Ternyata saat KKN berlangsung, persepsi saya itu tidak sepenuhnya benar. Ketika saya melakukan survei sebelum kegiatan KKN berlangsung dan saat itu menjadi pengalaman pertama saya menginjakkan kaki di tempat itu. Daerah tersebut memang berada jauh dari perkotaan, dikelilingi pegunungan, pesawahan dan memiliki cuaca yang cukup panas. Meskipun memang, saya dan teman kelompok KKN pernah mengalami kejadian supranatural di mana kami mendapat gangguan dari makhluk halus namun kami dapat mengatasinya sehingga kami dapat hidup nyaman dan akhirnya tidak mendapat gangguan makhluk halus lagi. Kami tidak mengalami kejadian pembegalan di desa tersebut. Tempat KKN saya terbilang nyaman karena kemudahan akses angkutan menuju kota, dekat dengan pasar, banyak toko Franchise seperti Alfamart dan Indomaret yang mudah ditemukan.  Hal itu yang membuat salah satunya saya nyaman tinggal di sana.
Rumah yang saya tempati berada di Kampung Peuteuy. Saya ingat jelas kala itu, masyarakat menyambut hangat kedatangan saya dan anggota KKN MAGER 066. Begitu pula di Toge Lebak, masyarakat menyambut hangat dan ramah akan kedatangan kami. Hari demi hari saya beradaptasi dengan masyarakat dan lingkungan sekitar, sehingga saya semakin dekat dan mengenal mereka. Saya menganggap mereka seperti keluarga baru bagi saya. Bahkan saya memiliki hubungan yang erat dengan beberapa masyarakat baik itu di Kampung Peuteuy maupun Toge Lebak yang saya anggap seperti orang tua sendiri seperti Umi, Ibu Susi dan Pak Ace.  Mereka baik, ramah, sopan, dan santun. Umi dan Ibu Susi bahkan rela membiarkan kamar mandi rumahnya digunakan untuk keperluan mandi dan cuci selama KKN berlangsung. Pada awalnya saya mandi dan nyuci di kamar mandi masjid setempat dikarenakan keadaan air di kontrakan yang saya tempati tidak selalu nyala bahkan hanya menyala satu atau dua kali saja dalam sehari, sehingga tidak mencukupi kebutuhan air bagi kesebelas orang yang hidup di rumah yang kami tempati. Sehingga sering saya bersama anggota KKN menimba air demi memenuhi kebutuhan setiap harinya. Mungkin karena seringnya melihat saya selama berhari-hari menggunakan kamar mandi masjid yang di mana airnya keruh dan kotor membuat Umi dan Ibu Susi bersimpati sehingga memberikan tawaran untuk menggunakan kamar mandinya dan tak hanya itu pula mereka menawarkan tempat jemuran pakaian untuk digunakan setiap harinya selama saya tinggal di sana. Berawal dari kisah itu, kedekatan saya bersama Umi dan Ibu Susi. Setelah itu, saya sering bertukar cerita bersama mereka lebih jauh dan dekat sehingga rasa kekeluargaan pun saya rasakan di mana rumah mereka berada di Kampung Peuteuy dekat dengan kontrakan yang saya tempati.
Saya ingin berbagi kisah inspiratif, sebelum itu saya akan bercerita tentang awal langkah saya terlebih dahulu. Tiba waktunya di bawah naungan langit biru dan terik matahari, tepatnya pada 25 Juli 2016. Acara pelepasan peserta KKN berlangsung. Lapangan Student Center, bagaikan lautan biru yang dipenuhi oleh semua para mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang siap untuk melaksanakan kegiatan KKN. Terbangnya balon udara di pagi hari menjelang siang hari itu menjadi simbol pelepasan KKN, saat itulah langkah saya pun dimulai.
Senin, 25 Juli 2016 selepas acara pelepasan KKN, saya bersama anggota KKN MAGER 066 segera bergegas menuju ke tempat pengabdian kami yaitu Jasinga-Bogor. Setibanya di sana, saya membereskan segala perlengkapan dan peralatan yang dibawa ke tempat KKN lalu mulai beradaptasi dengan masyarakat dan lingkungan sekitar. Senyum dan sapa tak pernah saya lupakan. Kemudian, rapat pun dilakukan pada sore hari dan keesokkan harinya bersama kelompok KKN yang bertugas di wilayah yang sama yaitu Kalongsawah yakni kelompok KKN 065 dan 067. Dalam rapat itulah kami menentukan tanggal pembukaan kegiatan KKN yang akan berlangsung di Kantor Desa Kalongsawah, segala persiapan yang dibutuhkan demi kelancaran acara tersebut. Akhirnya, 27 Juli Agustus 2016 ditetapkan sebagai tanggal pembukaan kegiatan KKN di Kantor Desa Kalongsawah.
Minggu pertama, waktu saya lebih banyak digunakan untuk beradaptasi dengan lingkungan dan masyarakat sekitar, baik di Kampung Peuteuy maupun Toge Lebak. Saya berusaha untuk menjalin hubungan yang baik dengan masyarakat sekitar. Senang rasanya mendapat sambutan hangat dari masyarakat terhadap kedatangan saya bersama anggota kelompok KKN ke tempat tersebut. Ramah, menjadi kesan pertama ketika pertama kali tiba di Kampung Peuteuy dan Toge Lebak. Senyum, sapa, tegur, sopan, dan santun mereka junjung tinggi. Tak hanya itu gotong royong, kebersamaan, kekeluargaan, keserderhanaan masih mudah saya temukan dan rasakan di kampung tersebut seperti saat kegiatan kerja bakti berlangsung di Kampung Toge Lebak. Sementara di tengah hiruk pikuk perkotaan tersebut sudah sulit kita temukan. Hal tersebut menjadi pelajaran bagi saya untuk senantiasa menjaga dan meningkatkan budaya seperti itu.
Saya mengunjungi salah satu sekolah dasar yang terdapat di Kalongsawah. Saya pun berkunjung ke SDN Kalongsawah 07 yang terletak di Kampung Toge Lebak. Sekolah inilah yang saya jadikan sebagai tempat saya bersama anggota KKN MAGER 066 untuk melakukan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Maksud kunjungan tersebut untuk melakukan perkenalan, permohonan izin, dan pendekatan terlebih dahulu kepada kepala sekolah. Kami menginformasyikan  bahwasanya kegiatan belajar mengajar akan berlangsung selama seminggu ke depan.
Pada minggu kedua kegiatan belajar mengajar dimulai. Pada minggu inilah, saya banyak menghabiskan waktu untuk mengajar di sekolah. Sedih, kesan yang saya rasakan ketika pertama kali berkunjung dan mengajar di SDN Kalongsawah 07. Kondisi sekolah tersebut tidak memiliki ruang kelas yang banyak seperti pada umumnya, melainkan hanya 4 ruangan yang terdiri dari 3 ruangan kelas dan satu ruang guru. Di mana dalam satu ruang kelas ditempati oleh dua kelas sekaligus. Saya melihat para siswa harus belajar dalam ruangan kelas yang harus terbagi dengan kelas lainnya. Fokus mereka dalam belajar tak jarang terpecah belah ketika suara kebisingan  muncul dari para siswa yang berada di sebelahnya. Tak hanya itu, buku pelajaran yang mereka gunakan masih terbatas atau sedikit jumlahnya sehingga para siswa dengan tidak leluasa untuk menggunakannya dan membawa atau meminjam buku tersebut untuk belajar di rumah. Itulah potret pendidikan di SDN Kalongsawah 07. Meskipun demikan, semangat belajar para siswa dan mengajar para guru patut dicontoh.
Saya masih ingat ketika pertama kali berkunjung ke sekolah tersebut, para siswa sangat antusias, semangat dan bahagia menyambut kedatangan saya bersama anggota kelompok KKN. Hal itu membuat saya semangat untuk berbagi ilmu dan mengenal mereka lebih jauh. Saya mengajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, Ilmu Pengetahuan Alam dan Matematika. Ketika KBM berlangsung, mereka sangat aktif cerdas dan juga semangat. Tak jarang bahkan sering mereka meminta kuis diakhir pelajaran. Meskipun demikian, di sekolah tersebut masih banyak siswa yang belum lancar dan mengenal huruf maupun angka secara baik dan benar namun dengan melihat semangat mereka ketika belajar dan para guru yang senantiasa semangat dan sabar mengajar serta membimbing mereka, saya yakin mereka pasti bisa.
Banyak sekali pengalaman yang saya dapatkan dan memberikan pelajaran tersendiri bagi saya. Namun saya ingin berbagi kisah yang menurut saya sangat inspiratif dan patut dicontoh dan menjadi pembelajaran. Kesan bangga saya rasakan ketika mengalami kisah ini. Ketika suatu hari pada saat jam istirahat, saya membeli jajanan yang dijual di sekolah tersebut. Saya terkejut ketika melihat pemilik dari jajanan yang dijual itu tidak lain tidak bukan adalah seorang siswi sekolah tersebut. Ia manis dan cantik rupawan, Tiara namanya. Ia merupakan siswi yang sedang duduk di  bangku kelas dua. Selain sekolah untuk belajar, ia juga berjualan di sekolah tersebut. Ia rela membagi waktu belajar dan istirahatnya untuk berjualan. Dia tidak pernah malu untuk berjualan, ia bahkan selalu tersenyum seolah-olah menyiratkan bahwa ia bangga dan senang menjalankan pekerjaannya tersebut. Ia masih kecil namun sudah memiliki jiwa dan mental sebagai wirausaha yang cukup baik. Di mana anak seusianya, menghabiskan jam istirahat sekolahnya untuk bermain dan bercanda gurau dengan teman sebayanya namun ia harus tetap berjualan. Meskipun begitu, ia masih bisa menyisihkan waktunya agar tetap bisa bermain bersama teman-temannya. Dari kisah gadis ini, pelajaran yang saya dapatkan adalah untuk selalu gigih dalam melakukan sesuatu, jangan pernah malu untuk melalukan apapun selama hal itu baik dan benar serta membangun diri untuk memiliki jiwa dan mental wirausaha.
Tak hanya itu, kisah inspiratif lainnya saya temukan di kelas tiga. Saya melihat ada siswa dengan sangat rajin dan tekunnya belajar meskipun ia masih mengalami kesulitan dalam belajar terutama dalam mengenal huruf. Meskipun begitu ia tidak pernah patah semangat untuk selalu belajar. Ketika diberikan tugas, ia tidak akan pernah beranjak pergi dari tempat duduknya sebelum tugasnya selesai meskipun waktu sudah menunjukkan proses KBM telah berakhir. Siswa itu bernama Aep. Siswa yang sedang duduk di bangku kelas tiga ini memberikan pelajaran yang bermakna yaitu untuk selalu menyelesaikan pekerjaan yang seharusnya diselesaikan.
Selain mengajar di sekolah, saya pun melakukan bimbingan belajar bagi para siswa SDN Kalongsawah 07 juga anak-anak yang tinggal di Kampung Peuteuy di mana tempat saya tinggal. Mereka datang dengan semangat dan harapan ketika mendatangi rumah yang saya tempati dengan maksud ingin belajar. Dari kegiatan mengajar inilah, saya belajar bahwa sesuatu hal yang dianggap kecil, itu mungkin menjadi hal yang besar bagi orang lain. Apa yang saya bagikan kepada anak-anak tidaklah seberapa, namun saya merasa bangga karena dapat berbagi ilmu kepada mereka terlebih melihat senyum kebahagian yang selalu mereka pancarkan ketika saya mengajar, hal itu membuat saya bahagia.
Ketulusan hati dari seorang anak kecil pun saya rasakan, ketika para siswa SDN Kalongsawah 07 berkunjung ke rumah dengan maksud menjenguk salah satu anggota kelompok KKN saya yang sedang sakit dengan membawa beberapa makanan.  Saya masih ingat ketika salah satu dari siswa tersebut mengatakan bahwa mereka datang untuk menjenguk dan membawa makanan tersebut dari uang mereka yang berhasil dikumpulkan. Terharu, saya mendengar perkataan mereka itu. Mereka memiliki rasa peduli terhadap orang lain bahkan terhadap orang yang baru dikenalnya, dan ini menjadi pelajaran bagi saya.

Pemberdayaan Masyarakat Desa Kalongsawah.
Hidup selama sebulan lamanya di sana, menjadi kenangan dan juga pembelajaran bagi saya. Banyak sekali pelajaran hidup yang saya dapatkan selama tinggal di Kampung Peuteuy dan Toge Lebak. Saya teringat perkataan salah satu dosen saya ketika perkuliahan berlangsung, bahwa semua mahasiswa harus mengikuti kegiatan KKN, karena kegiatan ini bukan sekedar untuk membangun atau menciptakan sesuatu hal di tempat KKN, melainkan untuk turut merasakan apa yang masyarakat desa rasakan yang tempatnya berada jauh dari perkotaan. Memang benar nyatanya, selain saya melakukan sesuatu yang dapat membangun dan memajukan daerah tempat KKN saya, juga saya turut ikut merasakan, memahami, dan mengetahui apa yang masyarakat desa rasakan selama ini. Saya tahu bahwa banyak sekali harapan dan juga cita-cita masyarakat yang diinginkan demi kemajuan desa setempat seperti keinginan untuk perbaikan infrastruktur, pendidikan serta kesehatan yang gratis, juga adanya lokalisasi sampah. Karena selama ini menurut saya yang menjadi masalah utama desa tersebut adalah masih banyak sampah di daerah tersebut dan tidak adanya tempat pembuangan akhir sampah di daerah tersebut sehingga membuat masyarakat selalu membuang limbah rumah tangganya ke sungai yang berada dekat dengan tempat tinggal mereka. Selain itu pula saya ikut merasakan bahwa masyarakat ingin sekali memiliki akses dan fasilitas sekolah yang lebih baik layaknya di perkotaan.
Maka dari itu, saya merasa berempati terhadap masyarakat di sana, sehingga saya bersama anggota kelompok KKN pun melakukan sesuatu terhadap masalah tersebut seperti pengadaan taman baca, pemberian buku pelajaran juga pengadaan alat kebersihan bagi daerah setempat. Diharapkan dengan pengadaan tersebut, dapat memajukan daerah setempat.

Saya ucapkan banyak syukur dan terima kasih terutama kepada anggota KKN MAGER 066 karena telah diberi kesempatan untuk bertemu dan mengenal kalian. Selama hidup bersama di sana banyak sekali pembelajaran yang saya dapatkan. Kebersamaan, kekeluargaan, bahkan konflik sekalipun menjadi kenangan tersendiri bagi saya. Saya berharap waktu yang telah kami lalui dan kisah yang telah kami jalani menjadi pembelajaran untuk menjadi manusia yang lebih baik, lebih dewasa dan lebih dari itu dapat menjadi generasi pembawa perubahan. Selepas kegiatan KKN, saya berharap silaturahim kami tetap terjaga. Terima kasih telah menorehkan kisah dan kenangan yang indah di lembar kehidupan saya yang tak kan terlupakan.. -Sekian-

Komentar

Postingan Populer