Fariz Rifaldhi - KKN Yang Kucinta
Epilog...
Saya dan KKN.
Sebelum mengikuti KKN perasaan saya biasa
saja walaupun agak sedikit bingung program apa yang nanti akan saya buat pada
saat KKN. Pemikiran saya waktu itu hanya mengajar alat musik Islam yaitu hadrah
dan mengajar agama, waktu itu saya juga rasanya ingin buru-buru kelar yang
namanya KKN karena saya tidak ingin ambil pusing, ribet, dan capek. Saat
pembagian kelompok dimulai saya di kelompokan dengan teman-teman yang pada saat
itu saya berpikiran kurang asyik, saya sekelompok dengan Villarian, Amira,
Hardika, Febrian, Halimatus, Baihaqi, Syaeful Amry, Nisa, Silvi dan Husnil.
Seiring berjalannya waktu kami pun mengadakan rapat walaupun hanya beberapa
kali saja, disitu lah saya manfaatkan untuk mengasyikan diri saya ke mereka dan
ternyata apa yang saya pikirkan tentang mereka sebelumnya tidak benar, mereka
sangat baik, asyik dan seru. Pada saat rapat kelompok saya mulai memikirkan
tentang kelompok kami, yang awalnya dari nama Renger, Air, dan nama-nama
dewa. Akhirnya kami musyawarahkan ternyata namanya adalah MAGER yang artinya Mahasiswa
Bergerak. Mulai dari pembuatan nama itu kelompok saya pun mulai bergerak. Kami
mulai mengatur hari untuk melakukan survei tempat KKN yang kelompok saya
singgahi, survei pertama saya tidak ikut karena ada urusan penting yang tidak
bisa ditinggal.
Survei yang kedua saya ikut bersama ketua KKN
Villarian Burhan, dalam perjalanan yang tak tau arah karena saya dan Villarian
baru pertama kali survei ke tempat tersebut, dalam perjalanan saya dan Villarian
mengandalkan GPS karena saya menyusul
teman-teman, sementara yang lain sudah sampai di lokasi. Selama perjalanan saya
sedikit bertanya kepada warga sekita, lalu kami melewati ladang kelapa sawit,
saat ingin sampai Jasinga saya menyuruh Villarian untuk membuka GPS, kata dia yang bertugas memegang GPS “Tinggal lurus aja riz.” ungkap
Villarian. Kemudian dalam perjalanan terlihat dari kejauhan ada pertigaan saya
nanya ke Villarian, “Kanan apa kiri nih?” kemudian jawab Villarian “Kanan riz,”
saya belok kekanan saat perjalanan kata Villarian “Dikit lagi riz sampai riz”,
oke saya lanjutkan perjalanan dan akhirnya sampai di titik lokasi, untung ada bapak-bapak
di sana saat teman saya bertanya, ternyata kita salah belok saat di pertigaan harusnya
ke kiri, saat melihat GPS ternyata handphone yang dipegang ketua tidak mendapatkan
sinyal oleh karena itu salah petanya, dan akhirnya sayapun memutar arah dan
sampai di tujuan.
Pada survei yang ketiga saya ikut, namun tidak
melewati jalanan yang pada saat saya dengan Villarian, saya melewati jalan yang
di instruksikan oleh teman-teman dan ternyata perjalannya sangat melelahkan,
sebenernya tidak lelah kalau tidak salah jalan saat perjalanan saya membawa
motor Vespa dan memboncengi Amira, pada saat jalan, tahu sendiri dong vespa
jalannya kayak gimana tidak seperti motor lainnya, motor saya ditinggal jauh
oleh teman-teman lainnya. Yasudah tidak apa-apa karena saya membawa Amira yang
saat survei pertama ikut dan saya berfikir pasti dia tahu dong jalannya, oke
saya lanjut mengendarai bertemulah pada suatu pertigaan yang saat saya tanya ke
Amira “Mir kiri apa kanan ni?” dan Amira menjawab “Aduh riz gue lupa kiri apa kanan waktu itu, sebentar
dulu riz kayaknya mah kekanan,” kemudia saya Tanya lagi “Serius ngga nih?” Amira “Iya kayaknya mah
bener”. Yasudah saya arahkan motor saya ke kanan, di saat perjalan Amira
menyeletuk “Iya iya benar nih ke sini arahnya” dan saya pun mengucap “Alhamdulilah”
sedang asyik-asyiknya mengendarai motor, tiba-tiba ketemu jalan yang kondisinya
sangat rusak, menurut pemikiran saya mungkin cuma beberapa meter jalan rusaknya,
saat saya lanjutkan perjalanan kok aneh tidak menemukan jalan bagusnya malah
sepanjang jalanan itu semuanya hancur parah serasa naik turun gunung, setelah
itu saya ketemu sama tanjakan, saya bilang ke Amira “Mir, banyakin dzikir yak”
sambil tertawa, saat nanjak motor kami agak tidak kuat untuk naik namun dengan
semangat akhirnya Vespa selamat sampai atas dan saya sudah menempuh jalan
berkilo-kilo meter tiba-tiba dapat kabar dari Amira ternyata salah harusnya
kita belok pada saat pertigaan tadi harusnya belok ke kiri. Waduh bingung saya
akhirnya, mau gimana lagi kita lanjutkan perjalanan saja, karena arah ke kanan
juga bisa menuju Jasinga tapi melalui yang jalan yang rusak parah, pada saat
saya melanjutkan akhirnya saya menemukan jalan bagus, kata “Alhamdulilah” yang
saya ucapkan dengan Amira
Lalu kami lanjutkan lagi perjalanan dan
menemukan lagi jalan rusak, saya hanya bisa geleng-geleng kepala sambil
melanjutkan perjalanan, akhirnya ketemu lagi jalanan halus tembus di perempatan
yang di belakang terminal Leuwiliang, lalu kami belok kanan ke arah terminal. Pikiran
saya, saya sedang ditungguin oleh teman-teman lainnya dan ternyata kami yang
paling awal sampai terminal dan yang lain masih jauh, saya dan Amira menunggu
di warung sambil istirahat dan menunggu kedatangan yang lain. Itulah pengalaman
saat yang tidak bisa dilupakan saat survei ketiga.
Kendala besar yang saya bayangkan saya takut
tidak betah saat KKN di daerah sana, saya takut nantinya tidak bisa berjalan
program yang saya sudah rancang dan saya takut kalau warganya acuh tak acuh
dengan kelompok saya.
Canda Tawa Keluarga Kecilku.
KKN pun dimulai pada tanggal 25 Juli di mana
kekompakan kelompok kami mulai di Jasinga, Desa Kalongsawah, selama sebulan
saya bersama kelompok KKN MAGER dan saya sudah mengetahui karakter atau sifat
mereka masing-masing, Ada seseorang yang baik sekali, ada senior semester 10 yang
baru mengikuti KKN apapun yang kita minta atau suruh pasti langsung dia kerjakan
sampai-sampai dia piket dan itu bukan jadwalnya dia piket, itu dikerjakan
minggu-minggu awal dan sampai pertengahan, namun saat minggu-minggu akhir dia
tidak rajin seperti biasa mungkin dia mulai berpikir, soalnya di minggu-minggu
akhir sifat dia agak berubah sedikit, walaupun sifat baiknya masih ada, ada
pelajaran yang saya bisa ambil dari dia “Berteman sama siapa saja, dan ikuti saja
dia maunya apa, selagi masih asyik, kenapa tidak.” Ada lagi teman saya yang dibilang
males tapi engga, dia setiap hari Jum’at
pasti pulang dan balik lagi hari Minggu pagi atau sore dia itu saat piket disekelompokan
dengan teman saya yang senior itu, setiap jam piketnya, dia paling jarang buat
bersih-bersih selalu senior saya yang lakukan tapi karena keseringan lalu ditegur
lah oleh teman-teman yang lain, baru di pagi-pagi mulai lah menyapu dan
mengepel lantai, terus mencuci piring dan hanya sekali. Tidak apa-apa seenggaknya
ada perubahan dari dia. Terus teman saya ini kalau setiap tidur mau itu pagi,
siang, sore, dan malam pasti tidak lepas yang namanya mengdengkur atau ngorok yang sangat besar sekali suaranya.
Setiap malam kami yang tidur di samping dia dan itu sangat menggangu sekali sampai-sampai
teman saya ada yang keseleo tangganya akibat tidurnya tidak bisa diam. Ada saat
di mana dengkuranya itu atau ngoroknya
ia keluarkan sangat keras, pada jam 2 pagi ada teman saya yang sengaja
mengerjai dia karena terganggu dengan dengkurnya dia, dikerjainnya dengan cara
dibanguni “Woy bangun sudah shubuh
bangun,” sambil digoyangkan badannya saat dia terbangun baru teman saya tidur
kenapa saya bisa tahu, karena saat dia sedang mengerjai orang tersebut saya
sedang begadang, sampai-sampai kalau dia pulang setiap hari Jum’at ada teman
saya yang bersyukur karena bisa tenang tidurnya. Siapakah yang bersyukur? siapa
lagi kalau bukan yang keseleo tangannya. Hardika ini orangnya baik, soleh tapi
sedikit agak menyimpang dari saya, contoh dalam masalah keyakinan Islam, tapi
ada yang bisa ikuti dari dia “Ketika adzan berkumandang, utamakan sholat
terlebih dahulu ketimbang forum”.
Adalagi teman saya yang sok bisa semuanya
sampai kerjaan anak perempuan yang memasak diambil alih oleh dia, menurut anak-anak,
makanan yang dia buat itu makanannya asin dan kalau dia sedang masak tidak ada
boleh yang ganggu pokoknya dia masak harus resep dia. Orang yang sangat kerasa
kepala menurut saya dan sering bilang orang ribet tapi padahal dia orang yang
paling ribet di kelompok saya. Pokonya kalau saya membicarakan tentang dia
mungkin 2500 kata hanya cukup tentang membicarakan dia, ada yang dapat saya
ikuti pada diri dia “Ketika kita punya masalah dengan orang lain, tinggalkan
dan cari masalah baru”. Adalagi teman saya bernama Husnil Khuluqi, dia adalah
seorang laki-laki yang menurut saya sangat unik, karena kedekatan dia dengan
banyak wanita, atau bahasa kerennya playboy,
namun ada yang bisa diikuti pada diri dia “Cari lah perempuan sebanyak
banyaknya sebelum mencari perempuan banyak itu di larang”. Ada lagi teman saya
dia orangnya baik, soleh, rajin dalam tugas, agak tengil, seru, dan dia ini yang
tangannya terkilir atau keseleo, dia selalu mengeluh tentang ngoroknya teman saya, dia adalah
sekretaris di kelompok saya yang pekerja keras, di awal KKN dia mengalami
penyakit Tifus, lalu kami maklumi karena dia sakit, dan dia orangnya tidur yang
paling cepet, kinerjanya menurut saya sangat bagus, ada yang bisa saya ikuti
pada diri dia “Di manapun tempatnya kita harus bisa menyesuaikan diri walaupun
kita beda pendapat Islam.” Ada lagi teman
saya dia adalah ketua KKN MAGER, dia orangnya baik, cerdas dalam politik, dan
berwawasan luas, sangat kritis dan pantas untuk dijadikan ketua, banyak
pengalaman yang saya lalui bersamanya.
Jadi ada suatu program yang program itu
adalah nonton bareng, kami bingungkan karena kami tidak mempunyai proyektor
pinjam sana-sini tidak ada, lalu saya putuskan untuk mencari ke Desa
Pangradin, dan waktu itu kami juga ingin
mengadakan nonton bareng untuk yang kedua dan proyektornya sama kami pinjam dan
pinjamnya bukan di Desa Pangradin namun pinjam di teman KKN yang bertugas di Desa
Kembang Kuning. Banyak hal yang seru kalau diceritakan saat bersama dia, banyak
sebenarnya yang saya bisa ikuti pada diri dia, dan ini salah satunya “Sesibuk apapun
atau mempunyai masalah apapun ketika kita sedang mengalami kegiatan, cobalah
untuk professional jangan bawa-bawa sibuk dan masalahmu dalam kegiatan tersebut.” Ada lagi seorang wanita, wanita ini bisa dibilang
paling imut, cantik dan gemesin di kelompok saya, dia baik orangnya tapi dia
kalau ke orang lebih banyak berpikir negatif ketimbang positifnya dia yang
orang yang selalu bertentangan dengan pendapat dengan Villarian, dan sebaliknya
begitu, dia orangnya peduli, dan enak buat dijadikan teman, namun dia perempuan
yang agak egois dari teman perempuan lainnya, ia bernama Amira, dan ada yang
bisa saya ikuti pada diri dia “Ketika kita bisa membantu kenapa tidak”. Ada lagi teman perempuan di kelompok
KKN saya, dia orang asli Madura, orangnya baik, paling pemberani dari perempuan
lainnya, solehah, dan pinter masak kalau sudah masak pasti pedesnya bukan main,
apalagi keluarganya waktu datang ke kontrakan kami dan membawa daging bebek yang
pedesnya bukan main, dia orangnya kalau sudah megang handphone paling susah kalau dipanggil harus dicolek dulu baru dia nengok, ada yang saya bisa ambil dari
dia “Ketika kita berorganisasi di kampus, jangan libatkan di dalam kegiatan
KKN”. Ada lagi teman saya dia orang sunda, imut, ngegemesin, baik, dan dia paling pinter kalau soal mengelola duit,
dan selalu ceria. Ada yang bisa saya ambil pelajaran dari Nisa “Kekurangan
bukan menjadi suatu hambatan untuk berkarya.” Ada lagi teman saya dia sering dipanggil
Olip karena ketawa dan badanya mirip
sekali dengan tokoh kartun Popeye,
selain itu dia orangnya baik, pinter masak, dan dia selalu berdebat masalah
masakan dengan Baihaqi, ada yang bisa saya kutip “Hidup tidak selamanya seperti
yang kita inginkan”.
Suka dan Duka.
Banyak cerita suka duka yang saya alami,
dukanya kami ngontrak di mana
kontrakan tersebut banyak yang membicarakan bahwa tempat kontrakan kami itu
angker, memang terasa angkernya pada saat saya memindahkan barang-barang
sebelum KKN di mulai, pada saat saya baru masuk berasa hawa yang aneh dan bau yang
tidak sedap, saya berpikir mungkin itu hanya perasaan saya saja. Keesokan harinya
pada saat KKN di mulai, kelompok saya mulai menempati kontrakan tersebut,
awalnya biasa saja soalnya belum tau apa-apa tentang kontrakan tersebut,
seiring berjalannya waktu kami pun mulai bersosialisasi dengan warga kalau
tidak salah setelah seminggu kami
berkumpul, bercanda tawa, bermain kartu dengan bapak-bapaknya. Kami ngobrol-ngobrol tentang suasana kampung di
sini, suasana mulai seru, tiba-tiba ada ibu-ibu warga setempat yang bertanya
kepada saya “Riz gimana ngontrak di
situ?” Saya jawab “Ya Alhamdulilah bu nyaman,” karena saya penasaran saya tanya
lagi dong “Emang ada apa bu?” Kata ibu-ibunya menjawab “Di situ kontrakannya
agak angker, dulu pernah ada yang ngontrak
di situ tapi hanya kuat selama 3 hari ada lagi yang ngontrak hanya 4 hari paling lama selama sebulan, dan sebelum saya
mengontrak kontrakan tersebut kosong selama 3 bulan.” Saya agak sedikit takut, tapi
saya buat santai, namun perempuannya sudah terlanjur takut, suatu malam 3 teman
saya mendapatkan kejadian aneh jadi saat mereka sedang asyik ngobrol waktu itu habis sholat Isya dan
habis hujan. Sedang asyik mereka berbincang-bincang tiba-tiba ada suara orang
berjalan seperti ingin maling dan hanya 3 langkah, plakk, plakk, plakk, pas diperiksa melalui hordeng oleh teman saya
ternyata tidak ada siapa-siapa, lalu ditutup lagi hordeng, akan tetapi tiba-tiba ada yang mengetuk pintu dalam
jeda yang cukup lama tak, tak, tak,
pas dibuka tidak ada orang dan tidak terdengar seperti orang yang sedang berlari
untuk mengerjai, dan disitu teman saya pada panik.
Kontrakan itu juga air sangat sulit kita harus
menimba air untuk keperluan mandi, kran air ada, namun setiap hari hanya
beberapa menit menyala paling lama 10 menit krran itu menyala dan seterusnya
harus menimba sampai akhirnya teman saya ada satu orang yang tiap hari mandi di
kali besar mau pagi siang dan sore. Ada juga yang mandi di masjid setempat
lebih parahnya lagi ada yang bela-belain setiap pagi menempuh jarak yang cukup
jauh untuk mandi di pom bensin yang katanya kamar mandinya kayak hotel. Banyak
kejadian-kejadian lucu saat nimba seperti
ember nyemplung ke dalam sumur
dan jatuh bersama tali-talinya ke dalam sumur, sampai 3 orang turun tangan
untuk mengakali bagaimana cara agar ember tersebut untuk naik ke atas, pada
saat mengakalinya dengan menggunakan ember, tiba-tiba ember yang untuk
mengakali ikut tercebur juga, jadi sudah 2 ember yang ada di dalam sumur. Lalu
ide kami keluar untuk mengambil ember itu dengan menggunakan gantungan baju yang
diikat ujungnya dengan tali dan mengaitkan ember tersebut dengan gantungan yang
melengkung, akhirnya satu-persatu ember bisa terangkat. Hal yang paling saya
ingat, dan ini kejadian yang sangat lucu menurut saya, ketika melihat air kran yang
menyala, semua teman-teman terkhusus laki-laki pada teriak “Woy air nyala buruan mandi jangan lama-lama, gue dulu gue dulu.”
Banyak warga yang memberikan makanan entah
itu gorengan entah itu makanan-makanan kecil ke kontrakan kami tinggali. Ketika
perempuan mulai memasak, ada kekesalan dari saya karena hanya di minggu awal
saja perempuan pada rajin memasak tapi selanjutnya mulai bermalas-malasan untuk
memasak lagi di dapur.
Sudah Menjadi Kampungku.
Selama satu bulan saya melaksanakan KKN di
Jasinga, Kampung Peuteuy dan Kampung Toge Lebak, saya melihat warga di kampung
tersebut sangat menerima kedatangan kelompok saya untuk melakanakan KKN di kampung
tersebut, warganya sangat ramah-tamah, tidak acuh tak acuh dengan kelompok, dan
ternyata pemikiran saya dari awal ingin melaksanakan KKN yang saya kira akan
terasa tidak nyaman, namun semuanya itu tidak terjadi, malah sebaliknya yang
terjadi, KKN saya selama satu bulan itu saya bisa ibaratkan seperti sebatang
Rokok “Awalnya biasa saja tapi seiring berjalannya waktu rokok itu sebentar
lagi habis dan disitulah baru berasa kenikmatannya dan kenikmatan tersebut
rasanya ingin tambah lagi lagi lagi dan lagi. Pokonya kuranglah KKN saya selama
sebulan. Warga di sana kebanyakan bekerja menjadi supir taksi di Jakarta dan
sebagian menjadi petani, setiap jam 2 pagi banyak sekali supir taksi yang
berkumpul di depan jalan untuk menunggu jemputan dan sebagian juga ada yang
menjadi supir angkot ataupun supir pribadi.
Lingkungan di sana masih sangat kental dengan
ilmu-ilmu mistisnya, dan lingkungan di sana bersih tapi air di kali sangat kotor
akibat kebanyakan warga yang sering membuang sampah di kali. Mayoritas di sana
secara keseluruhan menganut aliran Nahdatul
Ulama namun di sana ada beberapa yang masih tidak mengikuti zama’, boleh maulidan asalkan tidak memakai alat musik yang disebut hadrah.
Banyak sekali yang saya
ingin berikan untuk desa tersebut apalagi jika saya menjadi warga atau penduduk,
saya ingin membuat perubahan untuk desa, melakukan perbincangan dengan para
perangkat desa agar menjauhi diri dari tindakan korupsi yang mengkorupsi dana
jembatan, yang di mana jembatan tersebut baru dibangun 2 tahun dan kondisinya sudah hancur parah, kemudian
saya ingin terus membangun penampungan sampah dan membuat tong-tong sampah,
saya ingin membuat sekolah gratis, dan kesehatan gratis. Pokoknya saya ingin desa
tersebut tidak di bodoh-bodohi oleh orang bodoh yang berpura-pura pintar
Komentar
Posting Komentar