Febrian Prasetyo - Curhatan Hati Tentang Keindahan Kalongsawah

Epilog...

KKN di Hadapanku.
Perkenalkan nama saya Febrian biasa dipanggil Rian. Kali ini saya akan menceritakan pengalaman saya pada saat kegiatan Kuliah Kerja Nyata selama satu bulan penuh. Banyak kesan dan pesan yang ingin saya sampaikan kegiatan ini. Pada awalnya saya mengikuti Kegiatan KKN ini hanya untuk menyelesaikan kegiatan yang merupakan salah satu syarat untuk lulus dari kampus ini. Soalnya teman satu kelompok saya sebelumnya banyak yang tidak kenal. Belum lagi kegiatan ini menjauhkan saya dari orang tua selama tiga puluh hari yaitu dari tanggal 25 Juli 2016 sampai 25 Agustus 2016.
Liburan semester terkadang merupakan hal yang membosankan untuk saya. Sebab, liburan semester memakan waktu satu sampai dua bulan lamanya. Terkadang itu membuat saya bosan karena tidak ada kegiatan selama liburan terkecuali kegiatan sehari-hari seperti makan, mandi, cuci baju, dan semacamnya. Namun, ketika liburan setelah semester  enam menuju ke semester tujuh, semua mahasiswa harus mengikuti sebuah kegiatan yang diselanggarakan oleh pihak kampus yaitu KKN atau singkatan dari Kuliah Kerja Nyata. Kegiatan ini menganjurkan kami sebagai mahasiswa untuk mengabdi kepada masyarakat agar lebih dekat kepada mereka supaya kita bisa ikut merasakan kehidupan seperti mereka walaupun hanya sebulan. Saya kebetulan mendapatkan kelompok nomor 066. Kelompok 066 ini kami beri nama MAGER yaitu singkatan dari Mahasiswa Bergerak. Maksud dari nama tersebut supaya kami sebagai para mahasiswa selama program KKN dapat terus melakukan kegiatan-kegiatan yang berguna terhadap masyarakat yang menjadi tempat KKN kami. berbicara soal tempat KKN, Kebetulan kami ditugaskan di Desa Kalongsawah Kecamatan Jasinga dan masih masuk kawasan Kabupaten Bogor.  Secara teritorial desa tersebut berada di sebelah barat Kota Bogor dan menjadi kawasan perbatasan antara Bogor dan Banten. Sistem dari kegiatan KKN ini setiap kelompok harus mempunyai program untuk membangun desa. Program tersebut di bagi 2, ada program kelompok dan ada juga program individu. selain itu program-program tersebut harus mencakup minimal 80% fisik dan lebihnya boleh sifat nya seremonial atau acara-acara. Tujuannya program harus dominan fisik agar bisa dimanfaatkan oleh masyarakat secara terus menerus.

11 Manusia yang Luar Biasa.
Pada dasarnya, saya tidak pernah memikirkan hari-hari yang akan saya lalui di sana. Saya tinggal dengan orang-orang baru dan jauh dari keluarga. Di Jasinga, Kami ngontrak di Kampung Peuteuy di mana Kampung tersebut masih masuk kawasan Desa Kalongsawah. Kondisi di kontrakan tersebut bagi saya sangat lumayan. Lumayan memprihatinkan.  Memang sih kontrakan kami memiliki 2 lantai, tetapi luas bangunannya per lantai sangat minimalis. Ukuran luasnya kira-kira dua puluh satu meter persegi.  Di lantai bawah ada 1 ruang tamu, 1 dapur dan 1 kamar mandi. Sedangakan di lantai atasnya  ada 1 ruangan keluarga dan 1 kamar tidur. Untuk kamar tidur di kontrakan lantai atas, kita berikan untuk tidur anak perempuan sedangkan laki-lakinya  empat orang tidur di ruang tamu yang berada di lantai satu dan sisanya yang tiga orang lagi tidur di ruang keluarga yang ada di lantai dua. Tapi sayangnya ruang kamar tidur di lantai dua tidak ada pintunya, hanya di tutup dengan kain. Yang lebih memprihatinkannya lagi kondisi kamar mandi. Di mana air menyala di pagi hari. Kira-kira antara jam 5 Shubuh sampai jam 7 pagi. Di kamar mandi tersebut terdapat sumur yang ke dalamanya mencapai 3 meter. Sumur itu dibuat untuk alternatif apabila air mati. Jadi kita lebih banyak memakai air sumur.

Saya dan Dua Kampung.
Ada yang mengatakan bahwa kontrakan tersebut ada penunggunya berupa wanita memakai baju putih berambut panjang atau lebih dikenal dengan sebutan kuntilanak. Kami pun menanggapinya antara percaya tidak percaya soal hal tersebut. Sebab, kami pun juga ramai sampai sebelas orang yang terdiri dari tujuh orang laki-laki dan 4 orang perempuan. Jadinya apabila terjadi apa-apa kepada salah satu dari kami, yang lain siap menolong. Apalagi kelompok kami lebih dominan anak laki-lakinya. Tetapi, semua ketidaknyamanan itu tertutup dengan suasana teman-teman kelompok yang semuanya sangat baik. Canda tawa kita lalui bersama-sama dan walaupun begitu program kegiatan KKN juga tetep berjalan dengan lancar. Untuk warga sekitar  rata-rata orangnya ramah-ramah. Terkadang kalau lagi ada waktu kosong, kami  sempatkan untuk bersilaturahim dengan warga sekitar agar tidak terjadi prasangka yang negatif dari warga sekitar.

Merelalisasi Program Kerja.
Kembali ke soal program, dua hari setelah sampai di Jasinga kita melakukan acara pembukaan KKN. Acara tersebut dihadiri anggota KKN dan beberapa perangkat desa. Acara tersebut  berjalan dengan lancar dan ada pemotongan pita yang dilakukan oleh  sekretaris desa. Sebab, kebetulan saat pembukaan acara KKN tersebut pak lurah atau kepala desa berhalangan hadir. Acara tersebut berjalan dari jam 9 pagi sampai jam 11 siang. Selain itu di Minggu pertama kegiatan kami yaitu kerja bakti, dan mengajar di sebuah SD. Kerja bakti kita lakukan di hari Minggu supaya warga yang bekerja bisa ikut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Kegiatan itu kita lakukan di Kampung Toge Lebak karena permasalahan sampah lebih parah di kampung tersebut di bandingkan tempat kita ngontrak yaitu di Kampung Peuteuy.  Kerja bakti kita lakukan dari pagi sampai sebelum dzuhur. Setelah dzuhur kita mengadakan makan bersama dengan warga yang ikut berpartisipasi dalam kegiatan kerja bakti. Hasil dari kerja bakti sangat terlihat dari banyak sampah menjadi bersih. Terutama bersih dari sampah plastik. Sampah plastik tersebut kita kumpulkan dan kita bawa ke Dinas Kebersihan setempat.  Sedangkan sampah-sampah daun kering kita tanam ke dalam tanah untuk dapat diurai.
Selanjutnya, sekolahnya SDN Kalongsawah 07  yang terletak di Kampung Toge Lebak. Sekolah tersebut terletak di tengah-tengah sawah yang sangat luas. Dari kelas 1 sampai kelas 6 hanya terbagi dalam 3 ruangan. Sedangkan sebuah sekolah dasar, minimal dibilang layak untuk menjadi sekolah itu harus memiliki 6 ruangan untuk belajar. SDN Kalongsawah 07, 1 ruangan terdiri 2 kelas. Sangat kurang nyaman melakukan kegiatan belajar mengajar dalam keadaan seperti itu. Sebab, otomatis baik guru maupun siswa keganggu dengan keadaan seperti itu. Kami mengajar selama seminggu. Banyak kesan yang dirasakan saat mengajar di sana. Soalnya rata-rata dari kami belum memiliki pengalaman untuk mengajar. Saya pribadi pada awalnya merasa malu untuk mengajar, karena saya belum pernah melakukan kegiatan belajar mengajar. Tetapi seiring jalannya waktu rasa malu pun sedikit demi sedikit mulai hilang. Soalnya saya sudah mendapatkan celah  dalam metode mengajar agar dapat menguasai semua siswa di sana. Kami mengajar sesuai kurikulum yang ada agar kita mengajarnya lebih terarah. Selain mengajar, kami juga memberikan beberapa buku pelajaran sebagai bantuan dari kelompok kami untuk memperlancar kegiatan belajar mengajar di desa tersebut. Soalnya, di sana  benar-benar kekurangan buku pelajaran untuk siswa dan guru melakukan kegiatan belajar mengajar berlangsung. Kesan yang saya dapat dari suasana sekolah tersebut yaitu dari kepala sekolah dan para guru rata-rata menyambut kami dengan sangat baik. Dari segi konsumsi setiap kami mengajar selalu disuguhi aqua gelas dan beberapa kue. Di akhir mengajar kami dan guru mengadakan liwetan yaitu makan bareng dengan alas daun pisang. Benar-benar pengalaman yang tak terlupakan saat akhir-akhir mengajar.
Setelah minggu pertama kita fokus di Kampung Toge Lebak, di minggu kedua giliran di Kampung Peuteuy. Di Kampung Peuteuy kita membuat papan informasi. Papan informasi itu kita pasang di dalam masjid di Kampung Peuteuy karena atas rekomendasi warga juga untuk memasangnya di situ. Pembuatannya dilakukan atas kerja sama warga Kampung Peuteuy dan anggota KKN. Pembuatan papan tersebut memakan waktu tiga hari. Setelah kegiatan itu kami melakukan acara seminar tentang narkoba. Kita melakukan acara itu karena permasalahan narkoba terkenal sangat memprihatinkan di Daerah Jasinga. Acara tersebut kita lakukan di Kampung Peuteuy karena di sana lebih banyak pemudanya dibandingkan di Kampung Toge Lebak. Apalagi seperti yang kita ketahui permasalahan narkoba lebih menyerang kekalangan muda walaupun tidak menutup kemungkinan untuk kalangan yang lebih tua juga terjerembab dalam narkoba. Pembicara acara tersebut langsung dari BNN Kabupaten Bogor. Seminar tersebut diadakan menggunakan metode komunikasi dua arah melalui sesi tanya jawab. Bagi yang bertanya diberikan hadiah berupa pin dari pihak BNN. Di akhir acara ketua kelompok kami yaitu Villarian Burhan memberikan piagam penghargaan terhadap pembicara dari pihak BNN yaitu Ibu Rika, sebagai tanda terima kasih yang telah memberikan kesempatannya  untuk menjadi pembicara tentang narkoba di Kampung Peuteuy.
Minggu kedua di Kampung Peuteuy, sekarang di Minggu ketiga kita kembali melakukan kegiatan di Kampung Toge Lebak.  Selanjutnya kita melakukan kegiatan vertikultur yang memakai media barang bekas berupa botol aqua ukuran satu setengah liter.  Tujuan dari kegiatan ini untuk memanfaatkan lahan sempit sebagaimana di Kampung Toge Lebak walaupun di daerah perkampungan tetapi lahan buat pertanian sangat sedikit. Selain itu kegiatan ini juga bertujuan untuk meningkatkan SDM warga Toge Lebak di bidang pertanian. Hal ini apabila terus dilakukan bisa meningkatkan ekonomi warga Kampung Toge Lebak juga. Antusias warga sangat besar dalam kegiatan tersebut. Sebab kegiatan ini ada praktiknya dan langsung dilakukan oleh warga dengan diarahkan oleh kami sebagai mahasiswa. Bahan-bahan dan alat-alat dari kami siapkan semua seperti botol aqua bekas, pupuk, sekam, bibit sayur sayuran, tali tambang dengan ketebalan 3 milimeter, dan solder untuk memberikan lubang pada botol aqua. Setelah kegiatan itu selesai, sisa dari peralatan kita sumbangkan ke warga sekitar dengan di koordinasi langsung oleh ketua RT Kampung Toge Lebak.  Setelah kegiatan vertikultur, kita melakukan pembangunan gapura di Kampung Toge Lebak. Pembangunan ini kami lakukan bersama warga sekitar termasuk ketua RT. Semua pendanaan pembangunan gapura dari kami tetapi alat-alat seperti cangkul,  kuas, cat, dan ember dari keuta RT di sana. Tetapi untuk batu split kita ambil dari sungai, yang merupakan salah satu bahan untuk membuat gapura.
Gapura ini kita bangun dengan tujuan untuk identitas kampung tersebut. Supaya orang lebih mudah untuk mengetahui lokasi kampung tersebut. Selain itu juga gapura ini di bangun untuk menyambut 17 Agustus. Jadi desainya lebih banyak perpaduan warna merah dan putih sebagaimana warna dari bendera Indonesia pembangunan gapura memakan waktu kurang lebih 5 hari. Setelah jadi, gapura tersebut di resmikan oleh ketua RT yaitu Pak Ace, dan Kiai Hamzah selaku kepala PAUD Darussalam dengan dihadiri anggota kelompok KKN beserta dosen pembimbing kami Bapak Dedi Fahrudin, dan juga beberapa warga Kampung Toge Lebak. Sebelumnya Pak Dedi Fahrudin juga menjadi pembicara pada seminar kebersihan yang berlokasi di PAUD Kampung Toge Lebak. Acara ini bertujuan agar warga semakin memahami bagaimana mengatasi permasalahan sampah yang merupakan masalah di kampung tersebut. Acara tersebut dihadiri oleh banyak warga Kampung Toge Lebak dan mayoritas warga yang datang kebanyakan sudah berusia lanjut. Namun, namanya orang desa walaupun begitu mereka masih sehat bugar. Setelah acara selesai warga diberikan beberapa alat kebersihan sebagai simbolis dari kelompok kami. Pemberian alat kebersihan tersebut diberikan kepada Pak Ace sebagai perwakilan dari warga Kampung Toge Lebak dan merupakan ketua RT kampung tersebut. 
Masih cerita di Minggu ketiga, kami melakukan kegiatan 17 Agustus di Kampung Peuteuy. Saat pagi hari warga dan kami membuat perlombaan tarik tambang, bermain bola memakai sarung. Acara tersebut berlangsung sangat meriah dan seru sekali. Karena itulah tujuan dari dilakukannya beberapa perlombaan tersebut.  Ketika waktu memasuki malam hari, kami mengadakan acara nonton bareng. Film yang kita tampilkan tentang kemerdekaan dengan tujuan supaya warga terutama kalangan muda memahami  perjuangan leluhur kita sebagai bangsa Indonesia dengan penuh tumpah darah agar tidak melupakan pahlawan-pahlawan yang telah berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Pemutaran layar tancap dilakukan dua kali di Kampung Peuteuy dan sekali di Kampung Toge Lebak. Di Kampung Peuteuy pemutaran layar tancap kami laksanakan di depan balai. Layar tersebut dipasang memakai kain dan dua buah bambu yang tingginya kurang lebih satu setengah meter. Filmnya diambil dari laptop salah satu dari teman kami dan dipancarkan melalui proyektor. Kegiatan ini ditonton ramai dari kalangan anak-anak sampai orang tua juga ikut berpartisipasi.  Mereka menyaksikan film tersebut dengan penuh antusias yang tinggi.  Keesokan harinya saat malam hari juga, kami memutar layar tancap kembali di depan rumah sekretaris desa yaitu Pak Udin Setiawan. Banyak warga di sana yang menyaksikan nonton bareng mulai dari kalangan anak-anak, orang tua, bahkan ibu-ibu sangat antusias datang hanya untuk melihat hiburan di malam hari. Warga juga antusias ingin menyaksikan layar tancap tersebut. Setelah itu saat malam minggunya kita melakukan kegiatan nonton bareng di Kampung Toge Lebak. Seperti di Kampung Peuteuy di Kampung Toge Lebak juga tidak kalah ramainya untuk menonton film layar tancep. Tetapi berbeda hal dengan kondisi di Kampung Peuteuy, di Kampung Toge Lebak, acara selesai tepat di jam 12 malam, sedangakan di Kampung Peuteuy bisa sampai jam 3 pagi. Saya tidak tahu persis alasan kenapa kegiatan tersebut hanya sampai jam segitu.
Minggu keempat dan fokus kerja kami kepada acara inti kita yaitu melaksanakan kegiatan ngecat PAUD Darussalam dan kegiatan akhir kita yaitu Tabligh Akbar. Kegiatan ngecat PAUD Darussalam dilaksanakan oleh saya dan beberpa teman saya yang laki-laki. Kegiatan ini kami lakukan dengan tujuan peremajaan PAUD Darussalam tersebut yang kondisi sebelumnya sangat memprihatinkan. Di mana cat yang mulai luntur. Setelah mengecat keesokan harinya kami memberikan sedikit bantuan berupa meja lipat, alat tulis,  poster buah-buahan, poster tentang binatang dan juga poster tentang mengenal huruf dan angka dalam bahasa Inggris.
Setelah itu kita melakukan kegiatan akhir yaitu Tabligh Akbar. Sebelumnya kita melakukan persiapan dengan teman-teman dari IRMA atau Ikatan Remaja Masjid agar acara Tabligh Akbar berjalan dengan lancar. Saya pribadi senang dengan warga setempat yang begitu antusias untuk menyukseskan acara tersebut. Acara ini bertemakan tentang kemerdekaan Indonesia pada pandangan Islam. Yang menjadi penceramah di acara tersebut adalah Ustad Abdul Muhyi, SH. I., M. Pd. I yang di datangakan dari Jakarta, Ustad Muhyi merupakan abang kandung dari teman kami yaitu Fariz Rifaldhi. Selain itu kami mengundang penceramah dari Kampung Peuteuy yaitu Ustad Anis Fuad. Acara Tabligh Akbar ini juga diselingi oleh pementasan hadroh yang diundang dari Jakarta. Acara berlangsung dari ba’da Isya sampai jam dua belas malam. Para peserta mendengar ceramah dengan penuh keingintahuan tentang makna kemerdekaan dalam konteks keagamaan. Acara tersebut berjalan dengan lancar dan khidmat karena menyangkut keagamaan dan kemerdekaan. Para peserta diberikan makanan kecil berupa kue-kue dan minuman aqua. Setelah acara selesai kita juga melakukan acara penutupan kepada warga Kampung Peuteuy. Acara tersebut membuat kami merasa senang sekaligus sedih karena kami harus berpisah dengan warga di Kampung Peuteuy tersebut. Keesokan harinya kita melakukan perpisahan ke Kampung Toge Lebak kepada warga termasuk ketua RT yaitu Pak Ace dan juga para guru di SDN Kalongsawah 07, yang kebetulan terletak di desa tersebut. Pemberian piagam dari ketua kami Villarian Burhan kepada Pak Ace sebagai simbolis atas kenang-kenangan dari kami yang telah mengabdi kepada Kampung Toge Lebak. Keesokan harinya lagi kita melakukan acara penutupan resmi di kantor desa dengan dihadiri beberapa perangkat desa dan juga semua anggota KKN. Setelah acara tersebut kita semua kembali ke kontrakan untuk membereskan barang bawaan kita, agar kesokan harinya bisa langsung pulang ke Jakarta.
Keesokan harinya saat kami ingin pulang, tiba-tiba ada berita duka, yaitu istrinya ketua RW meninggal dunia. Sebelum pulang saya dan teman saya Syaeful Amry pergi melayat ke rumah duka dan ikut menyolati jenazah dari ketua RW di Masjid Jami Nurul Hidayah. Kami berdua  melayat sebagai perwakilan dari kelompok. Setelah selesai sholat jenazah saya dan teman-teman kembali ke kontrakan untuk kembali mengemas barang-barang yang akan dibawa pulang. Sebelum pulang kami kembali untuk berpamitan kepada warga yang merupakan salah satunya kepada yang memiliki kontrakan tersebut. Setelah itu kami pun pulang ke rumah masing-masing

Walaupun kegiatan kami sebagai mahasiswa sudah berakhir, silaturahim kami akan terus mengalir kepada warga Kampung Peuteuy maupun Kampung Toge Lebak. Banyak pelajaran yang saya ambil dari kegiatan tersebut seperti ramah tamah, gotong royong, canda tawa, dan pesan moral yang saya dapat di Desa Kalongsawah. Terima kasih atas semua yang telah diberikan. Semoga suatu saat nanti saya bisa kembali ke sini untuk membangun desa tersebut menjadi lebih baik. -Sekian-

Komentar

Postingan Populer