Halimatussakdiyah - Kesan Yang Tak Terlupakan Di Desa Kalongsawah

Epilog...

Merubah Pandangan.
Saya adalah mahasiswi bahasa dan Sastra Inggris di Fakultas Adab dan Humaniora. Saat ini saya semester 7 sebelum saya memasuki semester 7 saya mendapatkan liburan semester 6 yang sudah saya lewati. Bulan Agustus adalah bulan di mana  diadakannya kegiatan kampus, kegiatan kampus ini di sebut KKN (Kuliah Kerja Nyata) Kelompok KKN saya bernama MAGER (Mahasiswa Bergerak), walaupun nama kita termasuk sederhana dan sering diucapkan oleh anak-anak zaman sekarang tapi kesan nama ini berbeda dengan yang dibawakan oleh anak-anak sekarang. InsyaAllah dengan nama ini program KKN kita akan terlakasana dengan baik. Sebelum mempunyai nama kelompok tersebut, kami memiliki nomor yang akhirnya menyatukan kami semua. Anggota kelompok saya ada 11 orang yang namanya: Villarian yang dipanggil Juple. Fariz Rifaldhi yang kita panggil Dudut. Syaeful Amry yang kita panggil Ipul, Husnil Khuluqi dipanggil Husnil. Febrian Prasetyo dipanggil Bang Febri karena dia semester di atas kita yang mengikuti KKN bersama kami. Hardika yang panggilannya Dika. Muhammad Baihaqi yang dipanggil Baihaqi, lalu anggota perempuannya ada Silvia Yulianti yang dipanggil Silvi atau Olip julukan dari kita anak perempuan karena karakternya mirip dengan Olip istri Popaye (Tokoh Kartun). Chaerun Nisa yang dipanggil Nisa, selanjutnya Amira Hanifah yang dipanggil Ami dan yang anggota terakhir adalah saya sendiri Halimatussakdiyah biasa dipanggil Matus oleh teman-teman. Menurut saya nomor 066 ini adalah nomor keberuntungan kelompok kami. Karena kami dipersatukan dengan nomor tersebut untuk pertama kalinya.
Orang-orang sering kali berkata liburan adalah hal membosankan yang mereka lalui apalagi dengan liburan yang semua mahasiswa pasti lewati hampir 2 bulan lamanya. Tetapi menurut saya tidak, karena saya selalu mencari kesibukan disela-sela liburan saya. Walaupun bukan dengan bekerja tapi saya terkadang ikut les atau semacamnya yang membuat hari saya tidak membosankan, dan di lain harinya saya menghabiskan waktu saya dengan orang tua saya yang tidak saya dapatkan selama saya di Pondok Pesantren selama 6 tahun lamanya. Walaupun ada liburan di pondok yang diberikan dalam setahun 3 kali untuk pulang ke rumah, tapi itu waktu yang sebentar menurut saya. Pada liburan semester ini, bulan pertama saya habiskan untuk mudik ke Surabaya dan Madura karena saya dan orang tua tinggal di Tangerang. Setelah itu di bulan Agustus saya harus mengikuti KKN yaitu Kuliah Kerja Nyata yang adakan dan diikuti oleh semua mahasiswa di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
KKN tahun ini agak berbeda dengan KKN tahun-tahun sebelumnya. Tahun lalu memilih kelompok dengan kemauan sendiri dan dibuat oleh kemauan masing-masing kelompok yang sudah terbuat oleh kita sendiri, tetapi tahun ini kelompok KKN ditetapkan oleh PPM dan dibuat oleh PPM, ada rasa sedih saat itu karena saya sudah membuat kelompok KKN. Tapi ada senang juga karena kelompok yang ditentukan oleh PPM adalah kelompok yang nyaman dan orangnya pun sangat menyanangkan. Walaupun memang tidak dipungkiri setiap kelompok pasti ada masalah dan ada juga orang yang selalu membuat masalah. Itu semua sudah biasa terjadi di suatu kelompok.

Mengenal Kalian Semua.
Pertama-tama semua semua mahasiswa dikumpulkan di Auditorium Harun Nasution dan diberikan nomor kelompok masing-masing yang sudah ditentukan saya mendapat nomor 066 untuk kelompok saya. setelah itu kita menghadiri pembekalan KKN terlebih dahulu yang diberikan oleh orang-orang PPM. Setelah acara selesai kita dikumpulkan dan dipertemukan oleh teman kelompok kita. Setelah semua kelompok berkumpul. Setiap kelompok diberikan waktu untuk berdiskusi tentang pemilihan ketua kelompok, dan perkenalan karena pada satu kelompok kita dibuat dari beberapa jurusan yang belum tentu kita kenal. Kebetulan saya tidak mengenal semua anggota kelompok saya semua orang baru yang baru saya temui. Awalanya canggung sekali, dan belum banyak pembicaraan tapi lama kelamaan orang-orangnya terpancing satu persatu untuk berbicara yang akhirnya memecahkan suasana dengan lebih nyaman mulai terlihat kelucuan-kelucuan dari beberapa orang. Tetapi setelah kita mengabsen semua yang ada di kelompok kita. Kita baru menyadari ternyata ada dua orang yang tidak mengikuti pembekalan. Setelah kita selasai berdiskusi kita menentukan pertemuan selanjutnya, bisa dibilang rapat pertama kita untuk mendiskusikan program kegiatan kita dan mencari dua orang yang tadi belum kita temui. Setelah melalui beberapa rapat dan mendiskusikan segala program yang ingin kita kerjakan di tempat KKN.

Kerja Nyata untuk Desa.
Kelompok kita mendapat tugas KKN di Kecamatan Jasinga tepatnya di Desa Kalongsawah Kampung Peuteuy dan Kampung Toge Lebak. Sebenarnya kita lebih fokus pada Kampung Toge Lebak tetapi kita tinggal di kampung Peuteuy dikarenakan di Kampung Toge Lebak tidak ada kontrakan yang bisa kita tinggali. Minggu pertama yang kita kerjakan adalah sosialisasi terhadap masyarakat sekitar. Tapi tidak beruntungnya kita mendapatkan kontrakan yang airnya hanya menyala mungkin 15 menit dalam sehari walaupun di dalam kamar mandi kontrakan kita ada sumur tapi tidak mungkin untuk menimbanya. Setiap hari dan itu semua menghabiskan waktu yang banyak. Tapi hikmah dari semua itu kita bisa lebih mudah bersosialisasi dengan para tetangga. Saya dan teman perempuan yang lain diajak untuk mandi di rumah ibu-ibu tetangga mereka mengajak kita karena kasihan, wajarlah anak perempuan. Kita menumpang untuk aktifitas bersih-bersih badan, seperti cuci baju dan mandi di rumah ibu-ibu sekitar kontrakan. Setelah itu minggu-minggu selanjutnya kita menjalankan program kita yang lain yaitu mengajar selama seminggu di SDN Kalongsawah 07, membuat gapura  di Kampung Toge Lebak dan membuat mading di Kampung Peuteuy dan menjalankan program yang lain juga dengan dibantu oleh masyarakat sekitar. Saat mengajar saya tidak pernah membayangkan saya akan mengajar di SD tersebut yang anak-anaknya sangat luar biasa. Tapi saya sedih melihat anak-anak yang tidak semangat belajar karena masih banyak di kampung tersebut yang malas untuk belajar dikarenakan hujan atau ada hajatan di tetangganya. Di sana saya belajar bagaimana sabar menghadapi anak-anak yang sewaktu-waktu akan jalan-jalan ketika kita memberikan tugas karena ingin bertanya ke temannya. Jujur saya tidak terlalu suka dengan anak-anak yang nakal, tapi sejak saat itu kenapa saya menjadi suka terhadap anak-anak yang ada di sana dan saya tidak ingin untuk meninggalkan mereka. SD tersebut terletak di sebrang Kampung Peuteuy tempat tinggal saya yaitu Kampung Toge Lebak jalan untuk mencapai kampung tersebut cukup menantang. Saya harus melewati jembatan yang sewaktu-waktu bergoyang saat saya melewatinya. Anak perempuan di kelompok saya ada empat orang dan dari dua anak perempuan tersebut ada yang takut ketika menyebrangi jembatan tersebut sehingga mereka harus memegang tangan saya untuk dapat menyebranginya, lucu sekali ekspresi mereka saat menyebrangi jembatan itu dan waktu yang kita tempuh menjadi lama karena saya harus menunggu jalan mereka yang sangat ketakutan itu. Banyak cerita yang saya dapat dari warga sekitar tentang sungai di bawah jembatan tersebut bisa dipercaya atau tidak tapi dari cerita misteri yang mereka ceritakan mungkin itu sedikit dapat dipercaya agar kami tetap harus berhati-hati saat sedang melewati jembatan itu apalagi untuk orang-orang yang tidak bisa berenang.
Tetapi hari-hari selanjutnya kita menjadi jarang sekali melewati jembatan itu karena kita membawa motor masing-masing, saya sendiri menumpang kepada teman saya yang membawa motor, untuk pergi ke Kampung Toge Lebak. Saat kita tiba di kampung tersebut kita harus besiap-siap untuk memasang kekuatan untuk anak-anak yang bersalaman kepada kita semua. Di sana saya merasa sangat senang walaupun terkadang menjengkelkan di waktu saya yang lelah tetapi itu semua terhapus dengan melihat wajah anak-anak itu.
Saya merasa prihatin ketika kita mengajak warga Kampung Toge Lebak untuk mengerjakan kerja bakti, ternyata kurang ada respon yang baik dari warganya sehingga kita hanya mengerjakannya bersama keluarga pak RT, pak RT di Kampung Toge Lebak ini bernama Pak Ace begitulah kami memanggil beliau. Orang yang sangat membantu kita disaat kita menjalankan seluruh program kita. Saat kita membuat gapura pun beliau juga membantu, saya sangat senang bisa mengenal beliau. Saya bisa belajar keikhlasan dalam memimpin dan dalam mengerjakan sesuatu. Beliau sangat membantu kita dalam menjalakan tugas kami di Kampung Toge Lebak dengan ikhlasnya beliau dan tanpa pamrih menolong kami.
Sebelum kami membuat gapura di Kampung Toge Lebak. Saya dan kelompok pun membuat sebuah mading di Kampung Peuteuy yang awalnya kami merencanakan ingin membuat mading desa yang di tempatkan di sisi jalan masjid agar semua warga bisa melihat mading tersebut. Tetapi ternyata warga Kampung Peuteuy yang membantu kami dalam pembuatan mading lebih menginginkan mading tersebut di buat di dalam masjid. Kami pun menyetujuinya karena menurut kami mading desa itu dipakai dan dipergunakan untuk warga juga. Jujur ketika mendengar itu, saya merasa agak kesal karena kebetulan saya yang menjadi penanggung jawab atas pembuatan mading tersebut. Awalnya saya kesal karena tanggung jawab saya diambil alih oleh teman saya, maaf mungkin tidak usah disebutkan namanya. Saya akui mungkin dia ingin membantu teman-teman semua agar pekerjaan mading tersebut menjadi cepat tapi caranya salah dia tidak mengkonfirmasi dahulu kepada saya dan tidak dibicarakan terlebih dahulu kepada saya. Sehingga menimbulakan sisi negatif, sisi negatifnya adalah ketika dia mengambil apa yang sudah menjadi tanggung jawab saya. Kelompok saya menjadi banyak kesalahpahaman dan anggaran pun melonjak ke tingkat yang tidak dipikirkan sebelumnya walaupun tidak besar tapi itu menjadikan kami harus mengorbankan Kampung Toge Lebak yang akhirnya dengan terpaksa tidak dibuatkan mading desa. Menurut saya, awalnya kelompok kami berpusat melakukan kegiatan dan program di Kampung Toge Lebak dan di kampung tersebut lebih membutuhkan mading desa dari pada Kampung Peuteuy tapi yasudahlah, semua sudah terjadi. Kedua yang membuat saya kesal adalah sikap warga Kampung Peuteuy yang lama-kelamaan mengganggap kami mempunyai banyak uang dan mulai menyetir kami dalam program mulai menyuruh kami dengan seenaknya dan tidak berpikir bahwa kami mempunyai banyak pekerjaan yang harus dijalankan. Tapi, tenang semua sudah teratasi oleh kami. Memang tidak semua orang di Kampung Peuteuy itu mempunyai pemikiran seperti itu, ternyata masih banyak ibu-ibu yang dengan ikhlasnya membantu kami apalagi sosok ibu yang sering kami panggil Umi, itu panggilan kami anak perempuan terhadapanya.  Dia adalah tetangga kami yang sering menawarkan untuk mandi di tempatnya saja, beliau sangat ikhlas dan sayang kepada kami semua, sehingga beliau ingin membantu kami untuk memasak beberapa kali. Karena jujur orang-orang di Kampung Peuteuy juga cukup membantu dalam menjalankan kegiatan dan program KKN kami selama KKN sebulan ini di Kampung Peuteuy .
Acara 17 Agustus adalah acara yang menarik menurut kami. Walaupun bukan kami yang membuat acara tersebut dikarenakan acara tersebut sudah tersusun oleh warga sekitar sendiri sampai mereka pun mengadakan membentuk panitia untuk acara tersebut. Tapi kami ikut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Saya sendiri mengikuti perlombaan 17 Agutusan itu lomba yang saya ikuti adalah tarik tambang yang rata-rata diikuti oleh ibu-ibu Kampung Peuteuy. Saya sangat tertarik dan senang karena itu adalah kesan pertama saya mengikuti perlombaan yang pesertanya adalah ibu-ibu semua. Yang menjadi pembawa acara dalam 17 Agustusan itu adalah teman sekelompok saya juga. Itu sangat mengasyikkan ditambah melihat semangat yang dipancarkan oleh ibu-ibu tersebut. Tapi anehnya ibu-ibu yang mengikuti lomba-lomba yang ada pada 17 Agutusan ini rata-rata ibu-ibu yang tadi mengikuti tarik tambang. Mungkin ibu-ibu yang lain lebih senang menonton dari pada mengikuti perlombaan tersebut. Padahal, mungkin mereka akan menyesal nantinya karena tidak ikut memeriahkan acara tersebut. Anak-anak ramai menyoraki semua peserta perlombaan. Yang lebih lucu lagi adalah ketika melihat ibu-ibu bermain bola dengan mengenakan daster dan kalau perempuan bermain bola mereka akan memperebutkan bola itu disatu tempat saja. Banyak orang yang saya kenal dan dekat di kampung ini. Sehingga membuat saya enggan untuk meninggalkan kampung ini. Tapi apa boleh buat saya pun sudah kangen dengan keluarga di rumah karena selama KKN saya tidak pernah pulang sama sekali ke rumah, saya baru ingat walaupun saya tidak pulang ke rumah, saya menginap di rumah teman saya yang ada di Bogor, yang sudah saya anggap sebagai saudara saya dan KKN pun hanya diadakan sebulan saja. Setelah program kami terselesaikan semua. Kami ingin mengadakan acara di mana kami akan sekaligus berpamitan kepada para masyarakat yang ada di Kampung Peuteuy dan Kampung Toge Lebak.
Penutupan yang diadakan di kampung yang telah kami sepakati bersama adalah Tabligh Akbar di mana kita akan mengajak para warga Kampung Peuteuy dan Kampung Toge Lebak hadir di acara tersebut. Acara ini kami buat untuk penutupan di kampung sekaligus berpamitan dengan warga kampung, sekaligus mengucapkan rasa terima kasih terhadap warga kampung yang telah berpartisipasi dalam kegiatan yang kami buat dalam sebulan kami melaksanakan KKN di kampung tersebut. Walaupun diawal acara turun hujan tetapi warga tetap datang untuk menghadirinya. Awalnya saya takut karena turun hujan tiba-tiba yang membuat sebagian warga pulang kembali ke rumah mereka. Tetapi setelah hujan ternyata mereka datang kembali untuk meramaikan acara terakhir ini yang kami buat. Saya sangat bersyukur dengan terselesaikannya acara terakhir kami ini. Tapi agak kecewa dengan konsumsi yang didapat oleh para warga yang datang mereka hanya diberi air minum saja. Padahal saya kira akan diberi makanan ringan atau kue-kue sederhana seperti acara biasanya. Kami pun diajarkan untuk tidak terlalu percaya kepada orang. Sebenarnya, bukan bermaksud apa-apa tapi kelompok saya sudah memberikan uang konsumsi sebesar 250 ribu rupiah ditambah dengan uang iuran warga maka dari itu saya heran melihat konsumsi yang ada hanya air. Ya sudahlah saya dan kelompok mengikhlaskannya saja anggap saja ini sebagai pelajaran di kemudian hari untuk tidak terlalu percaya kepada orang, walaupun dasarnya orang tersebut berasal dari kampung yang kita tempati di mana pun itu.
Keesokan harinya kita diberi penghargaan yaitu dengan makan bersama dengan warga-warga. Memang itu sederhana tapi itu sangat menyenangkan kita makan bersama di daun pisang. Mereka mengatakan bahwa itu sudah budaya mereka makan bersama itu disebut babacakan dengan makan bersama-sama nafsu makan kalian akan bertambah. Memang benar kebetulan saya sendiri pernah hidup di pondok jadi saya tahu betul bagaimana perbedaan rasanya ketika kita makan sendiri dengan beramai-ramai. Walupun lauknya hanya sekedar ikan asin, tempe, sambel, dan sayur asem tapi, jika dimakan bersama-sama akan nikmat menjalaninya. Setelah kita menyelesaikan makan bersama kami sekelompok berkumpul mengevaluasi dan memberikan kesan pesan yang kami dapat selama di tempat KKN ini. Setelah itu kami pun mulai berkemas barang kami masing-masing. Tidak terasa kami semua sudah mengenal satu bulan lamanya, menurutku itu sebentar tapi kami sudah saling mengenal satu sama lain dengan baik dengan pekerjaan kami, yang membuat saya dan teman-teman selalu bersama kami pun bisa mengenal kepribadian kami masing-masing.

Indah, dan Takkan Terlupakan.
Di sini saya belajar bagaimana beradaptasi dan bersosialisasi dengan masyarakat yang ada. Mengenal satu sama lain dan mengendalikan ego kami masing-masing. Saya mendapatkan banyak sekali pelajaran. Mulai dari belajar ikhlas, sabar, dan tidak egois. Sampai bagaimana kita menyikapi suatu keadaan di mana kita tidak boleh mengeluh dengan semua yang terjadi. Saya juga belajar bagaimana bisa menjadi orang yang dapat dipercaya oleh teman atau masyarakat sekitar. Mungkin orang melihat KKN sesuatu hal yang biasa tapi, menurut saya KKN adalah tempat di mana kita mendewasakan diri kita masing-masing. Jadi, kalian yang masih egois sama teman kelompok sendiri pasti merasakan hal yang biasa saja di KKN karena kalian tidak merasakan apa itu arti kekelurgaan dan kebersamaan. Jadi, di sini saya belajar juga untuk tidak menilai dari penampilannya saja karena belum tentu yang berwajah baik itu baik, karena kita bisa melihat sisi baik manusia ketika kita sudah bisa dekat dan memahami karakter mereka. Walaupun ini terdengar sederhana tapi ini adalah pelajaran yang sangat menakjubkan di kehidupan kelak nanti. Kita tidak pernah tau apa yang akan terjadi kepada kita di masa depan nanti, belum tentu orang yang kita anggap baik sekarang dikemudian hari juga akan baik. Memang belum tentu jadi seperti itu keadaanya, mungkin masih ada kesempatan untuk dia bersikap baik di kemudian hari tapi, tidak ada salahnya jika kita jangan cepat menilai seseorang ketika kita baru menemuinya dan melihat penampilannya karena itu semua belum tentu sama dengan hatinya.
Mengapa saya mempunyai kesan dan pesan seperti ini karena saya pernah menemui hal seperti itu. Bahkan saya pun pernah dianggap yang tidak-tidak ketika orang itu belum mengenal saya. Sifat-sifat yang saya pelajari pun di KKN ini juga saya pernah merasakan seperti sifat egois, tidak sabaran, dan kadang juga tidak ikhlas. Maka dari itu semua cerita itu mempunyai kesan dan pesan tersendiri kepada saya karena saya jadi sadar tak selamanya kita harus bersikap seperti apa yang kita mau. Terkadang kita juga harus beradaptasi dengan lingkungan dan memikirkan apa yang sedang kita kerjakan. Oh ya ada lagi ibu-ibu yang selalu membantu kami mereka seperti ibu kami sendiri apalagi saya sendiri cukup merasakan kasih sayang mereka yang tulus terhadap kami khususnya anak perempuan di kelompok saya.
Ada cerita yang membuat saya kagum dan sedih dari Kampung Toge Lebak. Jadi, saya dan teman-teman KKN saya bertugas untuk mengajar di SDN Kalongsawah 07 di sana bertemu dengan anak-anak yang begitu semangat dalam menjalani sekolahnya. Walaupun, keadaan sekolah yang tidak memungkinkan dengan kelas yang harus dibagi dengan kelas yang lain. Tapi dibalik kesederhanaan yang ada pada kampung tersebut. Mereka mempunyai jiwa sosial yang tinggi yang mungkin anak SD di kota pun tidak memikirkannya. Kesan yang mereka berikan adalah ketika salah seorang dari kita ada yang jatuh sakit. Tiba-tiba pada sore hari para siswa dari SDN Kalongsawah 07 datang ke kontrakan kami yang terletak di Kampung Peuteuy dengan ramainya membawa makanan yang memang tidak banyak tapi mereka bawakan untuk kakak yang sedang sakit dengan bermodalkan uang 1000 rupiah dari masing-masing. Itu kesan yang paling saya tidak bisa lupakan karena anak sekecil mereka dan dibalik kesederhanaan mereka, mereka semua mempunyai jiwa sosial yang tinggi yang mungkin orang seumuran mereka tidak pernah memikirkan itu semua. Mungkin cukup sekian hanya ini yang saya bisa ceritakan. -Sekian-



Komentar

Postingan Populer