Husnil Khuluqi - Ekspansiku DI Jasinga
Pembuka Sebuah Cerita
Besar.
KKN menurut saya adalah hal yang menarik untuk dilakukan di sana
bersosialisasi dengan masyarakat, hidup di sana selama sebulan dan mengabdi
untuk membantu masyarakat desa. Tetapi ternyata peraturan baru tidak semulus
apa yang saya pikirkan dari pertama adanya desas-desus bahwa kelompok KKN akan
ditentukan dari UIN dan setiap fakultas hanya dua orang. Ini mungkin menjadi
salah satu kendala buat saya yang sudah merencanakan untuk membuat kelompok
sendiri. Menurut saya karena baru desas-desus saya mencoba untuk membuat
kelompok sendiri yang sesuai dengan berita angin yang ada yaitu sebelas orang.
Ternyata setelah semester 6 dan barulah info tentang kelompok diberikan
oleh PPM benar terwujud adanya dan hasilnya kelompok yang sudah saya buat terpaksa
dibubarkan karena sudah diberikan oleh PPM satu kelompok beranggotakan 11 orang
yang semuanya berbeda fakultas bahkan teman sekelompok saya yang satu jurusan
itu juga berbeda dengan jurusan saya. Hari di mana dipertemukannya kelompok
tiba kelompok saya adalah termasuk kelompok yang anggota laki-lakinya lebih
banyak dibanding dengan wanitanya, sebenarnya hal seperti ini ada menguntungkan,
untungnya tidak terlalu merepotkan nantinya dan tidak terlalu banyak yang
memakai aturan.
Saya tergabung dalam kelompok 066 dan kelompok saya diberikan nama
kelompok MAGER. Sedikit penjelasan dengan kelompok yang saya akan ceritakan di
bawah ini, mulai dari keseruan di kelompok, kekompakan dalam acara-acara yang
kita buat, serta keseruan dalam satu atap kontrakan yang menurut saya itu kecil
sekali kontrakan untuk kita bersebelas, tapi ada rahasia dibalik keseruan itu.
Mungkin kendala terbesar dalam memulai KKN ini ya hanya sebatas karena
teman baru saja, selebihnya kendala yang saya hadapi tidak terlalu sulit dan
rumit, karena KKN menurut saya cukup mudah dan menarik, dari awal adanya berita
KKN juga saya sudah sangat bersemangat untuk melakukan kegiatan ini, tapi sayang
dilakukannya hanya sebulan menurut saya itu waktu yang singkat dan kurang
banyak karena di desa dalam waktu sebulan itu kurang cukup, mungkin sebulan
baru kita mengenal desa itu dan bulan berikutnya baru kita bisa menyatu dengan desa
itu. Saran saya untuk PPM kalau bisa coba ditambah lagi waktu KKN karena
sebulan itu masih kurang terasa dan tidak bisa berbuat banyak.
Pergerakan dan Perubahan Desa Kalongsawah.
Pembahasan kedua ini menyinggung sedikit tentang pembentukan kelompok,
seperti yang sudah saya bahas sedikit di atas masalah kelompok ini menjadi
masalah yang sedikit rumit karena kita harus menyesuaikan kembali diri kita
untuk beradaptasi dengan teman-teman yang baru kita kenal, ada positif dan
negatifnya juga sebenernya kalau kelompok diberikan oleh PPM seperti ini.
Positifnya memudahkan para mahasiswa untuk mendapatkan kelompok, negatifnya
menyesuaikan diri dengan orang-orang yang baru kita kenal bahkan selama
sebulan. Setelah hari dikumpulkannya kelompok tiba saya cukup penasaran dengan
siapa saya nanti di kelompok tersebut.
Waktu kelompok mulai dijadi satukan saya berada di anggota KKN MAGER 066
disitu sudah ada semua fakultas di UIN yang diwajibkan mengikuti KKN. Dilihat
dari muka waktu saat pertama kali berjumpa kelompok saya ini sepertinya
kelompok yang cukup menarik dan nantinya tidak akan membuat kebosanan ketika
KKN nanti di sana. Kelompok saya terdiri dari sebelas orang di antaranya:
Villarian Burhan, Fariz Rifaldhi, Syaeful Amry, Ahmad Baihaqi, Hardika Anugrah,
Febrian Prasetyo, saya (Husnil khuluqi), Siti Amira Hanifah, Silvia Yulianti, Halimatussakdiyah,
dan Chaerun Nisa Noviani. Itulah nama-nama kelompok saya yang tersebar disemua
fakultas.
Menariknya dari kelompok saya adalah orang-orangnya yang mempunyai
karakter berbeda-beda dengan kemampuan individu yang sangat mendukung untuk
KKN, kemudian kami melakukan rapat untuk pertama kali yang berletak di Landmark UIN. Rapat pertama ini anggota
kelompok saya tidak komplit, dua orang tidak ikut karena berhalangan untuk
hadir, kemudian dilakukan rapat-rapat selanjutnya yang selalu ada aja setiap
rapat anggota kelompok yang tidak pernah hadir, kelompok saya ini bukan termasuk
kelompok yang ketat dalam peraturan mewajibkan hadir ketika rapat jadi asal ada
alasannya kelompok kami selalu memberikan toleransi.
Selanjutnya saya dan kelompok mendapatkan dosen pembimbing yaitu Pak Dedi
Fahrudin yaitu dosen dari Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi, orangnya cukup
baik dan tidak terlalu banyak peraturan yang diberikan, dana yang turun juga Full dan beliau juga mengunjungi kami di
lokasi kontrakan KKN beberapa kali.
Untuk tempat KKN juga diberikan oleh PPM kebetulan saya dapat KKN di Daerah
Bogor Barat, Kecamatan Jasinga Desa Kalongsawah. Jasinga merupakan tempat yang
tidak asing bagi saya karena saya sering berkunjung kesana beberapa kali untuk
menikmati mandi air panas di Cipanas, Jasinga. Tempatnya cukup indah di daerah
perbukitan dan udaranya sejuk itulah sedikit gambaran tentang Jasinga.
Setelah tau kelompok saya akan KKN di Jasinga saya dan kelompok langsung
melakukan persiapan survei untuk pertama kalinya yaitu ke Kantor Desa Kalongsawah,
saya dan kelompok juga sempat mengunjungi Kantor Kecamatan Jasinga yang
kebetulan saat itu adalah hari libur dan kantor kecamatan sedang tutup, alhasil
survei pertama saya yang didapatkan adalah ke rumah sekertaris desa untuk
melakukan izin, servei pertama ini hanya dua orang yang tidak bisa ikut,
selebihnya ikut dan kami menggunakan motor untuk pergi ke Jasinga, lumayan pulang
pergi Jasinga cukup melelahkan.
Kelompok ini menurut saya bukan kelompok yang manja karena survei saya
dilakukan semua menggunakan kendaraan bermotor dan saya melakukan 4 kali survei
tanpa adanya keluhan karena jauh.
Hari yang dinanti telah tiba di mana saya dan kelompok akan melakukan pengabdian
dan hidup bersama masyarakat di Daerah Jasinga, tepatnya tanggal 25 Juli saya
berangkat dari Ciputat selesai pelepasan, ada teman kelompok saya wanita satu
orang yang masih ragu untuk berangkat karena melihat teman-temannya yang berangkat pada tanggal 26, dan 27 Juli. Tapi kelompok
kami tetap dengan pendirian yang akan berangkat pada tanggal 25 Juli karena itu
sudah keputusan bersama. Berangkatlah kami ke Jasinga untuk melakukan tugas
negara.
Sampai di Jasinga saya dan kelompok membenahi perabotan dan sebagainnya
untuk bersih-bersih juga, selesai sore harinya wanita di kelompok saya mulai
berinisiatif untuk memasak karena kita sudah lelah seharian ini, memasak dengan
seadanya untuk hari pertama karena semuanya belum beres dan kontrakan kami juga
tidak terlalu besar tetapi nyaman untuk di tempati. Hari kedua mulailah saya
belanja ke pasar ditemani teman saya yang wanita untuk memasak, kembali memasak
dengan alakadrnya sayur dan lauk
utamanya adalah tempe. Untuk dua hari tiga hari pertama saya tidak bosen dengan
tempe tetapi untuk hari-hari selanjutnya saya cukup bosen karena hampir
seminggu lauknya hanya tempe dan itu juga digoreng bedanya cuma diukuran besar
dan kecilnya saja.
Masuk di hari di mana kita mulai melakukan beberapa program kita diawali
dengan pembukaan yang dilakukan di kantor desa dan dihadiri oleh semua anggota
kelompok, karena satu desa ada 3 kelompok berati disitu ada 33 orang yang
menghadiri acara pembukaan itu. Selesai acara kami kembali dan mematangkan program
kerjanya.
Program kerja yang pertama kami dan kelompok lakukan adalah mengajar
awalnya saya merasa gugup untuk mengajar dan pada akhirnya saya berani mengajar
dan menikmati itu semua. Saya mengajar setiap hari dari Senin sampai Jum’at dan
setiap malamnya melakukan pembuatan mading untuk desa, cukup melelahkan juga kan
banyaknya aktifitas kelompok kami untuk melakukan program, selang seminggu sehabis
mengajar, kemudian kelompok kami melakukan pembangunan gapura yang dilakukan di
Kampung Toge Lebak, di sini saya cukup kesal dengan kelompok yang kebiasaan
bangunnya siang hari, saya sudah menunggu di tempat sejak pukul tujuh bersama Febrian,
di sini saya belajar membuat adukan pasir, dan lain-lain seperti kuli bangunan
dan diajarkan oleh warga sekitar. Yang saya kesal adalah kelompok saya baru
kumpul semua pada pukul 10 pagi dan makanan buat tukang baru dikasih pukul 10
juga cukup kesal juga sebenarnya, hanya karena saya ingin menjaga keutuhan
kelompok jadilah saya tetap menjaga emosi dan diam saja ketika mereka sampai.
Ada lagi teman saya yang haya datang terus pergi lagi karena teman-temannya
dari Kalimantan datang dan mengajaknya ke Curug, saya tidak habis pikir dengan
apa yang ada dipikirannya ketika proker sedang berjalan dia malah pergi. Itulah
kekesalan saya yang cukup pusing ketika KKN. Oh iya pembuatan mading memakan waktu selama 3 hari dan dapat
diselesaikan dengan baik dan cukup megah menurut orang di sana.
Kemudian dua minggu berjalan mulailah saya dan 2 orang teman saya
melakukan penjelajahan di Jasinga, mulai dari kuliner dan tempat mandi karena
di kontrakan saya cukup susah air dan saya sering mandi keluar terutama di pom bensin
yang kamar mandinya cukup mewah, setiap pagi juga saya sering beli makan 2 orang
teman saya selalu ikut yaitu Hardika dan Febrian, maklum kita adalah penjelajah
kuliner di Jasinga dari yang murah hingga yang mahal tapi tidak semahal di
Jakarta. Kami bertigalah yang suka berkelana di Jasinga, sisanya yang satu
orang suka bermain dengan warga dan janda, yang wanita sibuk dengan
kesibukannya dan sisanya paling istirahat di kontrakan kalau tidak ada program.
Masuk ke 14 hari terakhir di Jasinga anggota jelajah Jasinga saya bertambah
jadi 3 orang wanita karena yang satu orang sudah dipulangkan karena sakit dan
tidak bisa melanjutkan KKN.
Mulailah saya dan keenam teman saya melakukan jelajah Jasinga dari yang
cuma kuliner bahkan kami sempat nonton di XX1 Kota Bogor, maklum penjelajah,
biasanya kami main jauh kalau mendapatkan tugas, waktu itu saya mendapatkan tugas
membuat spanduk jadilah kita sekalian nonton. Kalau ke Kota Bogor saya sudah
tiga kali dari yang cuma berdua, berlima, dan berenam. Semua itu ada tugasnya yang
pertama membeli buku, kedua membeli alat-alat kebersihan, dan buku untuk PAUD, yang
terakhir adalah membuat spanduk. Jarak Jasinga ke Kota Bogor adalah 59 kilometer,
cukup jauh bukan kalau dilakukan tapi penjelajah tidak kenal kata jarak dan
tidak kenal kata lelah. Bahkan jarak yang sejauh itu saya sempat makan di MC Donald Dharmaga dan KFC Bogor.
Pagi harinya saya ditugaskan untuk menjemput dosen pembimbing di Daerah
Parung untuk kegiatan penyuluhan kebersihan
di Kampung Toge Lebak, seharusnya menyiapkan segala keperluan di TKP tapi
harus menjemput dosen pembimbing di Pasar Parung sementara tugas saya dibantu
selesaikan oleh teman-teman saya, masalah ini bukannya saya tidak mau
bertanggung jawab tetapi tidak ada yang mau jalan lagi untuk menjemput Pak Dedi,
karena titik penjemputan yang jauh dan cukup melelahkan, alhasil saya yang hobi
jalan ini yang menjemput Pak Dedi, sesampainya kembali di Jasinga saya
istirahat dan melanjutkan tugas saya sebagai penanggung jawab seminar
kebersihan. Sore harinya saya dan kelima teman saya selesai acara pergi ke Desa
Kembang Kuning untuk meminjam proyektor, sudah cuaca dari pagi hujan. Selesai
semua itu saya mencoba istirahat,
Inilah sedikit pengalaman saya di Jasinga bersama kelompok saya kalau diceritakan
lebih detail panjang sekali ceritanya, intinya saya di dalam kelompok yang
orang-orangnya asyik semua mereka tidak suka ribut tidak suka marah-marah.
Menurut saya mereka adalah orang-orang yang professional bukannya saya
melebih-lebihkan dalam cerita ini tetapi emang faktanya seperti itu di kelompok
lainnya juga nyaris tidak pernah terjadi permasalahan yang dialami kelompok
lainnya, tidak ada juga pertengkaran yang berlarut paling hanya gesekan kecil
dan itu juga bukan gesekan disebabkan pekerjaan, hanya gesekan tentang perbedaan
pendapat saja dan yang suka ribut dikit, yang lain tidak ada yang suka ribut. Untuk
ketua saya, dia juga termasuk orang yang bisa mengatur semuanya dengan baik kordinasi
berjalan dengan lancar, dia adalah salah satu orang yang bisa memimpin kelompok
ini dengan baik dan tertata sehingga program kerja kami yang banyak bisa
selesai dengan maksimal dan tidak mengalami banyak kendala. Dia pernah bilang
KKN kita itu bekerja 90% bahagia 10%.
Inilah cerita saya di Desa Kalongsawah yang jauh di antara tertutupnya
bukit-bukit yang indah di Jasinga.
Cerita Tentang Desa.
Hasil pilihan dari UIN, saya dan kelompok harus KKN di Desa Kalongsawah,
Kecamatan Jasinga. Kalau desanya saya belum tau tetapi kalau Jasinganya saya
sudah tau sejak lama, setelah proses pemilihan tempat KKN selesai dan kami di tempatkan
di Jasinga mulailah banyak isu yang beredar di Jasinga dari yang katanya
Jasinga tempat buang mayat, Jasinga banyak Bandar narkoba, banyak makhluk
ghaib, banyak tukang begal di sana, dan lain sebagainya yang mungkin bakal
membuat orang yang mendengarnya sedikit kecil hati untuk KKN di sana selama
sebulan atau mungkin lebih parahnya takut untuk pergi ke sana. Saya sempat berpikir
dari semua berita belum jelas itu “Ini
kita mau KKN apa mau uji nyali, kok berita anehnya banyak banget” tetapi saya tipe orang yang pantang tahu
sebelum takut jadinya saya membuktikan sendiri pas menginjakkan kaki pertama di
Desa Kalongsawah, menurut saya pemandangannya cukup indah karena di atas
perbukitan hijau, di kelilingi hutan sawit yang luas kontur jalan yang
berliku-liku tidak kalah dengan Puncak Bogor. Untuk cuaca juga sejuk di sana,
jalanan cenderung sepi disetiap harinya pagi maupun malam. Untuk luas wilayah desa
saya merupakan desa yang paling luas di Kecamatan Jasinga, karena pertama kali
ke Desa Kalongsawah saya ke rumah sekretaris desa ya menurut saya dia orang
baik pertama kali melihatnya. Tetapi waktu sudah ketahuan belangnya ternyata
dia orang yang tidak baik dan tidak disukai oleh warga sekitar juga. Kalau
lingkungan sebenarnya cukup bersih hanya saja masalahnya mereka membuang sampah
selalu ke sungai yang sudah menjadi tradisi turun-temurun. Sulit juga untuk
merubah pemikiran orang yang melakukan hal-hal seperti ini terus menerus dari zaman
dahulu kata sesepuh setempat, desa saya juga warganya termasuk baik-baik mereka
sering mengirmkan makanan, biarpun hanya
rengginang dan jajanan kering ala-ala jajanan kampung kadang juga suka
dikasih gorengan dengan jumlah yang banyak karena kami ada ber 11, warganya asyik
welcome dengan semua mahasiswa tidak
ada kesenjangan dalam kehidupan kami antara warga dengan kelompok kami.
Malah warga juga sering mengajak kami untuk kumpul bareng sekedar untuk bermain
kartu bersama di pos ronda, untuk hal-hal ghaib dan berita yang dibicarakan itu
tidak ada kata warga sekitar, hanya di kontrakan saya emang ada penunggunya
kata warga situ juga sering melihatnya, maklum rumah yang saya tempatkan sudah
lama tidak pernah di tempatkan oleh orang jadinya terkesan rumah itu cukup
angker, dan biarpun sesekali emang kelompok kami sering mendapatkan
kejanggalan-kejanggalan yang tidak masuk akal.
Selebihnya di Desa Kalongsawah ini warganya baik ramah hanya yang
sedikit mengelikan di sini adalah ada perbedaan di mana dalam satu gang saja
itu bisa berbeda pemikiran dan pendapat, cukup aneh menurut saya, hanya inilah
sebagian warna-warni di Desa Kalongsawah yang jauh dari warna-warni Jakarta. Desa
Kalongsawah dengan kesederhanaannya yang tidak gemerlap seperti di Jakarta. Keindahannya
yang mungkin belum banyak orang tau, serta warganya yang ramah-ramah hanya
beberapa kejelekannya tetapi selebihnya desa ini adalah desa yang baik untuk
dikunjungin.
Menjadi Bagian Masyarakat.
Jikalau saya bisa menjadi warga desa di sana mungkin saya akan menjadi
salah satu pemuda yang bisa merubah Desa Kalongsawah, karena di sana belum ada
pemuda di masyarakat yang dapat melakukan pergerakan dalam menyatukan warga
kalau dilihat-lihat masalah terbesar selain sampah di desa ini adalah ego
warganya masing-masing yang sulit untuk disatukan, oleh karena itu kalau saya
menjadi salah satu warga di sana saya ingin mencoba menyatukan mereka agar
tidak ada lagi perbedaan bahkan perbedaan sekecil apapun, mulai dari ingin
bergabung bersama, saling menghormati pendapat orang lain, dan mencoba
memberitahu bahwa dunia luar itu luas coba untuk tidak menutupi diri dan maju
terus
Terus juga saya ingin mempelopori hidup bersih dan tidak melakukan buang
sampah di sungai, mencoba merubah pemikiran warga yang sudah turun-temurun. Makanya
saya katakan bahwa KKN itu tidak cukup sebulan harusnya KKN itu dua atau tiga
bulan, karena untuk merubah pemikiran seseorang yang sudah turun-temurun itu
susah. Sudah begitu, ada warga yang susah dibilangi kalau membuang sampah di kali
itu tidak boleh, mereka beranggapan tidak adanya fasilitas yang disediakan
untuk membuang sampah di tempat pembuangan akhir, malah ada yang beranggapan
biarin aja sampahnya juga kan mengalir. Masalahnya yang bakal kena banjir
adalah Jakarta. Ayolah menjadi warga negara yang peduli dan memikirkan satu
sama lain. Saya sangat ingin melakukan hal-hal seperti ini kalau saya salah
satu dari mereka. Menjadi salah satu penggerak dikalangan masyarakat dan
melakukan perubahan yang jelas juga. -Sekian-
Komentar
Posting Komentar