Mesir Masa Islam


PENDAHULUAN
Mesir terkenal dengan sejarah peradabannya yang telah ada semanjak 4000 tahun SM. Selain itu setiap agama Samawi memiliki hubungan sejarah dengan Mesir. Mesir mendapat julukan Negeri Seribu Menara, Negeri Para Nabi, Negeri Kinanah dan lain sebagainya.                                                                                                                                                                                                                                  
            Nama Mesir atau Misr merupakan nama yang diberikan oleh orang Arab yang melintasi daerah tersebut dalam perjalanan dagang ke Asia dan Afrika. Nama lain dari Mesir yakni Egypt, nama yang diberikan orang Barat ketika menyebut Mesir. Islam masuk ke Mesir dibawa oleh sahabat Rasulullah sekaligus seorang panglima perang yang hebat yakni Amr bin Ash pada tahun 640 M. Masyarakat Mesir pada waktu itu mayoritas menganut Kristen Koptik. Setelah Mesir berhasil ditaklukan, Amr bin Ash menjadikan kota Fushtat sebagai ibu kotanya.
               Penaklukan bangsa Arab terhadap Mesir bukanlah awal persingungan politik dan peradaban antara bangsa Arab dan bangsa Mesir. Sebelumnya telah terjadi hubungan-hubungan sejak masa Mesir Firaun tepatnya pada masa raja Shora. Hubungan tersebut diantaranya ialah perdagangan dengan Yaman pada masa Al-Ma’iniyah[1] dan hubungan-hubungan perdagangan ini juga terjadi pada masa Ptolamus (261 SM).[2]
       Amr bin Ash sendiri adalah seorang pedagang yang sering pulang pergi ke Mesir memperdagangkan kulit dan minyak wangi dan ia sempat menyaksikan hari raya-hari raya penduduk Alexandria dan permainan-permainan mereka. Bangsa Arab Utara merasakan tali kekeluargaan yang menghubungkan mereka dengan Mesir. Salah satunya yakni Ibunda nabi Ismail As, Siti Hajar, adalah orang Mesir. Maka dari itu pada saat bangsa Arab menaklukan Mesir bukanlah hal yang mengejutkan karna jauh sebelum itu mereka sudah bersingungan.
                Penaklukan Arab terhadap Mesir diikuti perpindahan suku-suku Arab ke negeri tersebut. Hal ini menjadi sarana persingungan secara langsung antara bangsa Arab dan Bangsa Mesir dalam proses Arabisasi Mesir. Atas penaklukan tersebut Mesir memasuki sejarah baru yakni masa Islam.

PEMBAHASAN
Mesir mempunyai peran penting dalam sejarah perkembangan Islam. Pada masa Nabi Muhammad SAW, dakwah Islam sudah masuk ke Mesir. Peran yang dimainkan Mesir dalam sejarah perkembangan Islam dapat dilihat dalam beberapa bidang yakni bidang perluasan wilayah Islam, ilmu pengetahuan, pendidikan dan kebudayaan.
  1. Masuknya Islam Ke Mesir
Islam masuk ke Mesir melalui panglima perang Amr bin Ash tahun 640 M, pada masa Khalifah Umar bin Khathab. Terdapat perbedaan mengenai siapa yang mencetuskan ide penaklukan terhadap Mesir dan jumlah pasukan yang dibawa oleh Amr bin Ash. Para sejarawan Arab menyebutkan bahwasahnya ide penaklukan Mesir datang atas inisiatif Amr bin Ash yang pada masa Jahiliyyah sering datang ke Mesir untuk menjual kulit dan minyak wangi. Amr berangkat ke Mesir dengan membawa 4.000 pasukan atau 3.500 pasukan menurut pendapat yang lain. Pendapat lain mengatakan bahwa ide penaklukan tersebut datang dari Khalifah Umar bin Khathab.
Terlepas dari perbedaan pendapat tersebut, mengenai keinginan menaklukan Mesir ini salah satunya didasari hadits Nabi yakni “Sepeninggalku nanti, adalah kewajiban kalian untuk membebaskan Mesir. Maka, perlakukanlah penduduknya dengan baik karena mereka masih mempunyai ikatan dan hubungan kekeluargaan dengan kita”.[3] Hadits tersebut memberikan petunjuk bahwa masyarakat Mesir merupakan keluarga dari Nabi Ismail, sebab Siti Hajar ibunda nabi Islamil adalah orang Mesir. Dalam redaksi lain disebutkan “karena mereka memiliki hak dan hubungan pernikahan dengan kalian”. Hubungan pernikahan disini  merujuk kepada Maria Al-Qibtiyah istri Rasulullah SAW.[4]
Sebelum melaksanakan penaklukan ke Mesir, saat itu umat Islam telah berhasil menaklukan Suriah dan Palestina. Amr bin Ash menerangkan kepada Khalifah Umar bin Khathab perihal pentingnya Mesir dalam pencaturan dunia saat itu serta kesuburan negerinya berkat keberadaan sungai Nil. Permohonan Amr bin Ash pun dikabulkan oleh Khalifah. Maka berangkatlah Amr bin Ash beserta tentaranya ke Mesir melalui Gurun Sinai. Sesampainya di Al-Arisy, Amr menaklukan kota tersebut tanpa perlawanan.
Sebelum penaklukan Arab atas Al-Arisy, kota ini dikenal dengan nama Renaul Corora. Al-Arisy (Jaufar Al-Arisy) merupakan jalur lama yang utama bagi bangsa semit dan bangsa Arab yang berdatangan ke Mesir. Gelombang hijrah tersebut berupa hijrah untuk tujuan ekonomi dengan menetap di Teluk Al-Aqabah seperti orang-orang Madyan atau melewati seluruh Sinai seperti orang-orang Kan’an. Selain itu ada juga hijrah yang merupakan penyerangan-penyarangan yang bertujuan menguasai Mesir seperti bangsa Hexos dan bangsa Arab. Jalur Al-Arisy ini juga merupakan jalur suci yang pernah dilewati oleh Nabi dan Rasul dari negeri Palestina, Madyan dan Mesir seperti nabi Ibrahim, Yakub, Yusuf dan Musa. Jalur ini juga pernah dilewati Siti Maryam dan nabi Isa ketika bayi saat keluar dari Mesir dan ketika pulang ke Palestina.[5] Selain itu jalur Al-Arisy ini merupakan jalur para pedagang dan jamaah haji sepanjang zaman.Wilayah Jaufar Al-Arisy tetap menjaga nilai strategisnya sebagai jalur utama antara Asia dan Afrika dan wilayah-wilayah tempat tinggal penduduk terutama suku-suku Arab yang menetap dinegeri Madyan  seperti bangsa Nabasia, Ghassan hingga penaklukan bangsa Arab terhadap Mesir (masuknya Islam). 
Setelah dari Al-Arisy, Amr bin Ash melanjutkan ekspedisinya ke Al-Farma, sebuah kota tua yang meiliki benteng kuat sekaligus menjadi pintu gerbang Mesir dari arah Timur. Sebelumnya benteng tersebut dinamakan bentang Piloz yang terletak di Timur Port Sa’id pada zaman sekarang. Pengepungan tentara Amr bin Ash terhadap benteng tersebut berlangsung hampir satu bulan hingga kota tersebut jatuh ketangan kaum Muslimin. Sejak saat itu kota Al-Farma menjadi pangkalan yang mengamankan bangsa Arab untuk menuju negeri Syam dan Hijaz. Dari Al-Farma Amr bin Ash beserta pasukannya melanjutkan perjalanannya ke benteng Bilbis dan dikota tersebut ia bertemu dengan panglima Aretion yang telah melarikan diri ke Mesir saat Yerusalem menyerah.[6] Amr bin Ash dan pasukannya berhasil membuka benteng dan melanjutkan perjalanannya hingga tiba di Ummu Danin, sebuah desa yang terletak di Utara benteng Babylon.
Untuk menaklukan benteng Babylon ini Amr bin Ash dan pasukannya mengalami kesulitan hingga mengirimkan surat kepada Khalifah Umar bin Khathab untuk meminta bantuan pasuka. Lalu Khalifah memberikan bantuan 4000 pasukan dibawah komando Zubair bin Awwam, Miqdad bin Amr, Ubadah bin Ash-Shamit ddan Maslamah bin Makhlad. Amr bin Ash berhasil membuka benteng Babylon setelah pengepungan selama tujuh bulan. Lalu bangsa Arab membuat perjanjian dengan rakyat Mesir yang dikenal dengan perjanjian benteng Babylon I pada 19 H/640 M.[7]
Pada tahun 647 M, setelah penyerahan Alexandria (awal Muharam, 21 H/642 M), seluruh negeri berada di bawah kekuasaan Islam [8]dan pada abad 9 M, sebagian besar rakyat Mesir telah masuk Islam.[9]Singkatnya seluruh wilayah Mesir berhasil dibebaskan dari kekuasaan  Romawi Timur oleh Amr bin Ash dan sejak saat itu Mesir berada dalam naungan Islam dan menjadikan Fushtat sebagai ibu kotanya. Yahudi dan Kristen di wilayah Muslim bisa hidup sesuai dengan hukum agama mereka sendiri sebagai dzimmi (ditoleransi masyarakat subjek) tetapi harus menyerahkan hak politik tertentu dan membayar pajak khusus. Islam tidak memaksakan warga Mesir untuk memeluk Islam. Mereka yang masih menginginkan memeluk agama asal mereka dipersilahkan tinggal di Mesir dan mendapat perlindungan dari pemerintah Islam dengan membayar jizyah.[10]
Dalam konsep fiqh dinyatakan bahwa penduduk non Muslim disuatu wilayah yang berada dibawah kekuasaan Islam dianggap sebagai kaum dzimmi yang harus dilindungi dengan syarat mereka mau membayar pajak perlindungan (jizyah) dan tidak melakukan perlawanan terhadap penguasa Muslim. Ada beberapa alasan mengapa warga Mesir tertarik untuk memeluk Islam diantaranya yakni dengan masuk Islam membebaskan mereka dari membayar jizyah, karena beberapa khalifah menerapkan pajak yang tinggi terhadap gereja dan adanya larangan mengangkat pegawai negara dan tentara dari kaum dzimmi.
Setelah masa pemerintahan berturut-turut setelah masa Khulafauurasyidin secara berturut-turut berada dibawah kekuasaan beberapa dinasti, diantaranya:[11]
a.       Dinasti Umayyah (660-750 M)
b.      Dinasti Abbasiyah (750-1258 M)
c.       Dinasti Thulun (868-905 M)
d.      Dinasti Ikhsidiyah (935-969 M)
e.       Dinasti Fatimiyah (909-1171 M)
f.       Dinasti Ayubiyah (1171-1250 M), diiringi dengan peristiwa perang Salib (1096-1273 M)
g.      Dinasti Mamluk (1250-1517 M)
h.      Turki Usmani (Ottoman)
Seiring berjalannya waktu, kedatangan Islam di Mesir telah mempengaruhi kehidupan sosial masyarakatnya. Perubahan tersebut meliputi: [12]
a.      Arabisasi Masyarakat Mesir
Walaupun Islam masuk pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khatab, orang-orang Arab sudah ada yang hidup di Mesir jauh sebelumnya. Hal tersebut dikarenakan adanya kontak perdagangan antara Mesir dan Jazirah Arab sebelum Islam datang. Amr bin Ash mengetahui wilayah Mesir dengan baik sehingga ia bisa dengan mudah menaklukannya karena ia termasuk orang Arab yang juga melakukan perdagangan ke Mesir. Adapun berkembangnya budaya Arab di Mesir di pengaruhi oleh beberapa hal:[13]
Pertama, Migrasi Orang Arab ke Mesir. Setelah Mesir berhasil ditaklukan, khalifah pun menunjuk orang kepercayaannya dari bangsa Arab menjadi pemimpin atau gubernur disana. Gubernur membawa prajuritnya, dan prajuritnya ini membawa sanak keluarganya. Kemudian orang-orang Arab yang lainya pun menyusul bermigrasi ke Mesir. Kedatangan orang-orang Arab ini tentu saja ikut mempengaruhi terhadap kebudayaan dalam masyarakat Mesir. Mereka melakukan interaksi baik melalui pernikahan, perdagangan, pertanian dan sektor lainnya hingga melahirkan kebudayaan baru di Mesir.
Kedua, tersebarnya bahasa Arab. Sebelum Islam datang, bahasa resmi Mesir adalah bahasa Yunani dan Koptik (Qibti). Selang tiga abad setelahnya masyarakat Arab datang ke Mesir dan membaur sehingga bahasa Arab menjadi bahasa resmi Mesir.
Ketiga, tersebarnya agama Islam. Orang Arab yang bermigrasi  ke Mesir setelah Islam berhasil membebaskan Mesir ataupun juga orang Arab yang datang ke Mesir hanya tujuan perdagangan saja, mereka sekaligus mengemban misi dakwah agar Islam semakin menyebar luas.
Perubahan lainnya setelah masuknya Islam ke Mesir yakni berpengaruh pada adat dan tradisi masyarakat Mesir.  Sejak Islam masuk perayaan umat beragama bertambah yakni perayaan Idul Fitri dan Idul adha. Selain itu penyebaran Islam di Mesir juga berpengaruh kepada cara berpakaian masyarakatanya. Mayoritas warga Muslim yang berasal dari Arab mengunakan jubah dan sepatu khuf. Pakaian ini mengalami perubangan pada masa Sulaiman bin Abd Malil dari Dinasti Umayyah.
b.      Pengaruh Pemikiran Keislaman
Ketika Mesir telah berhasil ditaklukan oleh Islam, Amr bin Ash memindahkan ibu kota Mesir dari Isakandariah ke Fushtat. Hal ini tentu saja berpengaruh perkembangan pemikiran disana. Jika sebelumnya Iskandariyah merupakan kota yang maju dan ramai, kini kemajuan itu berangsur-angsur berpindah ke Fushtat. Jika perhatian keilmuan sebelumya adalah ilmu-ilmu dan filsafat Yunani, pada masa itu keilmuan Islam yang mendominasi.
Perkembangan ilmu pengetahuan di Mesir pada masa Islam dibagi menjadi dua periode, yakni periode sebelum munculnya kegiatan penerjemahan dan periode setelahnya.[14] Pada periode sebelum munculnya penerjemahan buku-buku asing, kegiatan keilmuan di Mesir tertuju pada bidang keislaman saja seperti fiqh, hadits dan tafsir dan ilmu-ilmu bahasa seperti Sharaf, Prosa, Puisi dan Balaghah. Adapun periode setelah munculnya kegiatan penerjemahan buku-buku asing, pengkajian keilmuan mulai meluas pada kedokteran, astrnomi, kimia, arsitektur dan lain sebagainya. Majlis ilmu yang digunakan untuk mengkaji keilmuan ini diantaranya masjid, rumah pejabat dan tempat umum yang biasa digunakan orang berkumpul.

2.      Peninggalan Masa Pemerintahan Islam
Menurut buku Selayang Pandang Mesir yang diterbitkan oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia Cairo, peninggalan Mesir masa Islam yang terkenal adalah sebagai berikut:[15]
a.       Masjid Amr Ibn El Ash
Masjid ini terletak di daerah Fushtat, MisrEl Qadima (Old Egypt),yang dijadikan ibukotadi kala itu. Masjid iniselain merupakan masjid pertama di Afrika yang dibangun oleh Panglima Amr bin Ash dan merupakan salah satu Masjid terluas di Mesir, yang menggambarkan kesederhanaan namun penuh dengan nilai arsitek dari zaman sebelumnya.
b.      Masjid dan Universitas Al-Azhar
Masjid ini adalah Masjidpertama yang dibangun olehDinasti Fatimiyah. Terletakdi tengah kota, daerah yangpenuh dengan monumenIslam. Masjid ini dalambentuknya sekarang terdiridari beberapa bangunan yangdibangun pada masa-masa berikutnya: seperti Universitas AlAzhar, asrama pelajar (Ruaq) dan perpustakaan.Universitas Al Azhar merupakan salah satu Universitas tertuadi dunia, dimana telah memulai memberikan kuliah sejak tahun975 M, sampai sekarang. Disamping mahasiswa dari Mesir lebih

c.       Masjid Sayyidina Hussein
Masjid initermasuk salah satuMasjid luas di Cairo,dan dijadikan sebagaiMasjid Negara,dimana acara-acaraperingatan Hari BesarIslam seperti MaulidNabi, Isra’ Mi’raj,Shalat Idul Fitri dst,yang dihadiri KepalaNegara dan para menteri sering diselenggarakan di Masjid ini.
Didalam Masjid ini terdapat makam Imam Hussein Bin Ali Bin AbiThalib, cucu Nabi Muhammad Saw, dari Fatimah El Zahra. Padawaktu-waktu tertentu seperti Maulid Nabi Muhammad Saw danhari kelahiran Sayyidina Hussein, Masjid ini ramai dikunjungipeziarah-peziarah dari daerah-daerah terutama pengikut aliransufi, yang bahkan mereka mengadakan perkemahan di sekitar Masjid tersebut.

d.      Masjid Imam Syafi`ie
Masjid Imam Syafei beradadi kawasan Hay Syafei, pinggirankota Cairo yang termasuk dalamdaerah Old Cairo (Cairo Lama). Masjid iniberdampingan dengan makamImam Muhammad bin Idris As-Syafei, yang lebih dikenal dengannama Imam Syafei, salah satuimam dari empat mazhab ahli sunnah. Imam mazhab ini pernahdi Irak, lalu hijrah ke Mesir, sehingga dalam mazhab fikihnya adaistilah fatwa qadim dan jadid. Beliau wafat pada tahun 820 M.Bangunan makamnya dipagari dengan dinding/pagar kayu berukir,hadiah kaum muslimin India.

e.       Masjid Ahmad Ibn Thoulun
Masjid ini didirikan oleh Dinasti Thoulun tahun 879 M. Seniarsiteknya mewakili corak Masjid Mesir umumnya. Terletak dikawasan Sayyeda Zainab,Cairo, dan merupakanMasjid ketiga terbesardi Mesir semenjakpenaklukan Mesir olehPanglima Amru bin Ash.Masjid ini dihiasi sejumlahbesar ornamen khas Islam,disamping menaranya yang spesifik dengan tangga melingkar(seperti Menara Sumeria di Irak).

f.       Masjid Sultan Hassan dan MasjidRifai
Masjid Sultan Hasan terletak disamping Benteng Shalahuddin, Masjid ini dibangun oleh Sultan Hasan dari Dinasti Mamalik padatahun 1348-1351 M. Masjid ini berfungsi pula sebagai sekolah 4mazhab dan mempunyai nilai arsitek Islam yang sangat langka.Persis disisinya terdiri pula Masjid Rifai (diambil dari namaseorang juru dakwah besar). Di dalam Masjid Rifai dimakamkanbeberapa raja, termasuk Fuad II (Raja Farouk), raja terakhirMesir yang direvolusi tahun 1952. Juga ada beberapa makamkaum kerabat dari raja Farouk, termasuk Syah Iran Reza Pahlevi, Emperor terakhir Persi yang digulingkan pada tahun 1979.

g.      Benteng Shalahuddin
Benteng (qal’ah) Salahuddin dibangun oleh panglimaSalahuddin Al-Ayyubi pada tahun 1183 untuk membentengi kotaCairo dari serangan luar, khususnya dimasa Perang Salib. Di utarabenteng terdapat Masjid Al-Marmari yang dipenuhi oleh marmerdan granit, kini dikenal dengan nama Masjid Muhammad Aliyangdibangun ala Turki Osmani dengan kubahnya yang indahmenjulang 52 meter ke angkasa dan dua puncak menara denganketinggian lebih dari 84 meter.
Di dalam benteng saatini juga terdapat dua museum, yaitu Museum Permata (QashrulJawharah) yang berisi perhiasan raja-raja Mesir, diantaranyasinggasana Raja Farouk, dan Museum Polisi (Mathaf As-Syurthah)yang terdiri dari 6 bagian (diantaranya ruangan yang memamerkansenjata-senjata yang pernah dipakai polisi Mesir sepanjangsejarahnya, ruangan dokumen-dokumen penting semenjak masapemerintahan Muhammad Ali Pasha hingga kini, dan ruanganruangan lainnya.





KESIMPULAN
Islam masuk ke Mesir dibawa oleh sahabat Rasulullah sekaligus seorang panglima perang yang hebat yakni Amr bin Ash pada tahun 640 M. Masyarakat Mesir pada waktu itu mayoritas menganut Kristen Koptik. Setelah Mesir berhasil ditaklukan, Amr bin Ash menjadikan kota Fushtat sebagai ibu kotanya. Pada tahun 647 M, setelah penyerahan Alexandria, seluruh negeri berada di bawah kekuasaan Islam dan pada abad 9 M, sebagian besar rakyat Mesir telah masuk Islam.
Setelah masa pemerintahan berturut-turut setelah masa Khulafauurasyidin secara berturut-turut berada dibawah kekuasaan beberapa dinasti, diantaranya: Dinasti Umayyah (660-750 M), Dinasti Abbasiyah (750-1258 M), Dinasti Thulun (868-905 M), Dinasti Ikhsidiyah (935-969 M), Dinasti Fatimiyah (909-1171 M), Dinasti Ayubiyah (1171-1250 M), diiringi dengan peristiwa perang Salib (1096-1273 M), Dinasti Mamluk (1250-1517 M) dan Turki Usmani (Ottoman). Seiring berjalannya waktu, kedatangan Islam di Mesir telah mempengaruhi kehidupan sosial budaya masyarakatnya. Perubahan tersebut satunya terjadi karena proses Arabisasi masyarakat Mesir disebabkan migrasinya penduduk Arab ke Mesir.
Adapun peninggalan masa Islam yang terkenal diantaranya  Masjid Amr bin Ash, Masjid Ahmad bin Thoulon, Masjid Al Azhar, Masjid Imam Syafe’i, Masjid Sultan Hasan, dan Benteng Shalahuddin Al Ayubi (Saladin).









DAFTAR PUSTAKA
Arthur Goldschmidt JR. A Brief History of Egypt. Pennsylvania State University, USA: 2008.
As-Sayyid Abdul Aziz Salim, Sejarah Bangsa Mesir: Dari Masa Khulafaurrasyidin sampai Daulah Fathimiyah, terj. Masturi Irham. Pustaka Al-Kautsar. Jakarta: 2015.
Ms. Sharlyn Scott and  Desert Vista HS. The History of Religion in Egypt: Ancient, Coptic Christianity & Islam, World History & Geography.
Muhammad Syafii Antonio. Ensiklopedia Peradaban Islam: Kairo. Tazkia Publishing. Jakarta: 2012.
Kedutaan Besar Republik Indonesia Cairo (KBRI Cairo), Selayang Pandang Mesir, Cairo: Garden  City, 2014.
Qasim A. Ibrahim dan Muhammad A. Shaleh. Sejarah Islam: Jejak Langka Peradaban Islam dari Masa Nabi Hingga Masa Kini , terj. Al-Mausu’ah al Muyassarah fi al-Tarikh al-Islami. Zaman. Jakarta: 2014.





[1] Negara Arab tertua yang berdiri di Yaman (1300 SM-630 SM), memanjang di Al-Jauf wilayah daratan yang terletak antara Najran dan Hadhramaut. Daulah Mai’niyah merupakan negara perdagangan nomor satu yang menguasai jalur-jalur perdagangan antara Utara dan Selatan.
[2] As-Sayyid Abdul Aziz Salim, Sejarah Bangsa Mesir: Dari Masa Khulafaurrasyidin sampai Daulah Fathimiyah, terj. Masturi Irham, Pustaka Al-Kautsar, jakarta: 2015, hal. 2.

[3] HR. Muslim, no. 6658, Kitab Fada’il as-Sahabah, Bab Wasiyyat an-Nabiyy bi Ahl Misr.  Dikutip dari Muhammad Syafii Antonio , Ensiklopedia Peradaban Islam: Kairo, Tazkia Publishing, Jakarta: 2012, hal. 9.
[4] Qasim A. Ibrahim dan Muhammad A. Shaleh, Sejarah Islam: Jejak Langka Peradaban Islam dari Masa Nabi Hingga Masa Kini terj. Al-Mausu’ah al Muyassarah fi al-Tarikh al-Islami , Zaman, Jakarta: 2014, hal. 147.
[5]Ibid, As-Sayyid Abdul Aziz Salim, hal. 2.
[6] Muhammad Syafii Antonio , Ensiklopedia Peradaban Islam: Kairo, Tazkia Publishing, Jakarta: 2012, hal. 115.
[7]Ibid, As-Sayyid Abdul Aziz Salim, hal. 12-13.
[8] Ms. Sharlyn Scott and  Desert Vista HS,  The History of Religion in Egypt: Ancient, Coptic Christianity & Islam, World History & Geography, hal. 15.
[9]Ibid, Ms. Sharlyn Scott and  Desert Vista HS, hal 16.
[10] Arthur Goldschmidt JR, A Brief History of Egypt, Pennsylvania State University, USA: 2008., hal. 38.
[11]Ibid, Arthur Goldschmidt JR, hal. 46-47.
[12]Ibid, Muhammad Syafii Antonio, hal. 116-121.
[13]IbidMuhammad Syafii Antonio, hal. 116.
[14]Ibid, Muhammad Syafii Antonio, hal. 119
[15]Kedutaan Besar Republik Indonesia Cairo (KBRI Cairo), Selayang Pandang Mesir, (Cairo: Garden  City, 2014), hal.32-40.

Komentar

Postingan Populer