OPEC - OIL BOOMING
Nama : Syaeful Amry
Tugas : Kapita Selekta Sejarah Islam
Timur Tengah
Tanggal : 16 Maret 2016
Kelas : KTT smt. 6
Judul : Organization of Petroleum
Exporting Countries (OPEC) : Oil Booming
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Saat ini dunia sangat bergantung kepada
minyak bumi sebagai sumber energi.Namun, minyak bumi ini adalah sumber energi
yang tak dapat diperbaharui. Sedikit yang membantah bahwa minyak bumi suatu
saat akan habis dan manusia akan terpaksa beralih ke jenis energi lainnya. Yang
menjadi masalah kini bukanlah apakah minyak akan habis, tetapi kapan minyak
akan habis. Ini adalah yang kita sebut sebagai krisis minyak dunia.
Minyak
merupakan salah satu aset dari penghasilan
terbesar bagi suatu Negara, karena dari minyaklah suatu Negara dapat
mendongkrak perekonomian negaranya. Sehingga banyak Negara yang berlomba untuk menghasilkan
minyak atau sebagai produsen minyak, dengan alih-alih mematok harga sesuka
hatinya sehingga secara tidak langsung dapat merugikan Negara-negara yang
mengkonsumsi atau sebagai pemakai (tidak dapat memproduksi minyak sendiri).
Untuk
mengatisipasi hal demikian, maka dibentuklah suatu organisasi yang dinamakan
OPEC, yang brtujuan untuk setiap Negara-negara penghasil minyak dalam mengambil
keputusan serta kebijakan dalam bidang perminyakan serta kebijakan dalam
menentukan harga dapat menguntungkan Negara-negara anggota atau produsen.
Nantinya organisasi ini berdiri agar mencegah persainagn yang tidak sehat dari
Negara-negara penghasil minyak di dunia
Dari tahun ke tahun pertumbuhan Permintaan akan minyak terus
mengalami peningkatan yang signifikan dari total permintaan akan minyak pada
tahun 2007 sekitar 86,3 MBCD menjadi 89,8 MBCD pada tahun 2012, walaupun pada
peralihan tahun dari tahun 2007, tahun 2008 hingga tahun 2009 mengalami sedikit
tren penurunan permintaan hal ini di karenakan oleh harga minyak itu sendiri
yang sempat menyentuh level tertinggi pada bulan mei tahun 2008 sekitar
147,6US$/barrel yang kemudian membuat banyak negara-negara di dunia melakukan
penghematan terhadap penggunaan energi dari minyak.
Pembahasan
di makalah ini bukan hanya membahas tentang Sejarah OPEC saja, namun lebih
spesifik lagi terkait bagaimana oil booming yang terjadi pada Negara-negara
anggota OPEC yang sangat luar biasa dampaknya bagi perminyakan di dunia dan
juga berimbas pada Negara kita yakni Indonesia.
B.
Rumusan Masalah
Adapun
masalah yang terdapat pada makalah ini adalah:
a.
Memahami
kembali latar belakang sejarah berdirinya OPEC?
b.
Bagaimana
fungsi dan tujuan dari negara-negra anggota OPEC terhadap perminyakan dunia
c.
Oil
Booming: OPEC
C. Tujuan Makalah
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah penulis kemukakan di atas
pembahasan makalah ini bertujuan untuk:
a.
Memahami
kembali apa yang melatarbelakangi berdirinya OPEC.
b.
Memahami
peran serta tujuan berdirinya OPEC terhadap perminyakan dunia.
c.
Oil
booming.
d.
Untuk
melengkapi tugas makalah Kapita Selekta Sejarah Islam Timur Tengah.
PEMBAHASAN
Negara pertama kali yang
mengusulkan berdirinya OPEC (Organization of Petroleum Exporting Countries)
adalah Venezuela Yang memprakarsai usul berdirinya OPEC ini bernama Juan Pablo
Pérez Alfonzo yang merupakan seorang Menteri Pertambangan dan Energi dari
Venezuela dengan cara mendekati Iran, Gabon, Libya, Kuwait dan Saudi Arabia
pada tahun 1949. Pendekatan yang dilakukan berupa menyarankan mereka untuk
menukar pandangan dan mengeksplorasi jalan lebar dan komunikasi yang lebih
dekat antara negara-negara penghasil minyak dan Dengan tujuan menegosiasikan
masalah-masalah mengenai produksi, harga dan hak konsesi minyak bumi dengan
perusahaan-perusahaan minyak.
Kemudian Pablo memberi
gagasan agar diadakannya sebuah pertemuan antara negara-negara penghasil
minyak.Dan pada tanggal 10-14 September 1960oleh lima negara penghasil minyak terbesar (Arab Saudi,
Iran, Irak,Kuwait, dan Venezuela) sebagai tindakan balasan atasperusahaan internasional
The Seven Sister (Julukan yang
pertama kali diberikanoleh pakar energi Italia Enrico Mattei The Seven Sister menurutnya adalah
Standard Oil of New Jersey, Royal Dutch Shell, Anglo Persian Oil Company,
Standard Oil of New York, Standard Oil of California, Gulf Oil, dan Texaco)[1].
Di mana mereka melemahkan harga minyak secara multinasional dan menimbulkan
kerugian bagi negara produsen, dengan tujuan utama saat itu adalah untuk
mengkoordinasikan dan menyatukan kebijakan tentang minyak bagi seluruh Negara
anggota pada saat itu
Negara anggota pada saat itu diadakanlah pertemuan di Baghdad(Iraq)untuk mendiskusikan cara-cara
untuk meningkatkan harga dari minyak mentah yang dihasilkan oleh masing-masing
negara. Pada pertemuan tersebut dihadiri oleh Menteri Pertambangan dan Energi
dari Venezuela, Juan Pablo Pérez Alfonzo, Menteri Pertambangan dan Energi dari
Saudi Arabia Abdullah Al
Tariki, pemerintahan Irak, Persia, Kuwait, Saudi Arabia dan Venezuela bertemu
di Baghdad untuk mendiskusikan cara-cara untuk meningkatkan harga dari minyak
mentah yang dihasilkan oleh masing-masing negara.
OPEC adalah suatu gabungan dari 12 negara,[2]
yaitu Aljazair (1969), Angola (2007), Ekuador, Iran, Iraq, Kuwait, Libya (1962),
Nigeria (1971), Qatar (1961), Saudi Arabia, Uni Emirat Arab dan Venezuela.
Organisasi ini mempunyai markas di Wina sejak 1965, dan menggelar pertemuan
yang teratur diantara menteri-menteri perminyakan dari Negara-negara
anggotanya.
Semakin lama anggota OPEC mulai bertambah dan menyebar di
tiga kawasan Amerika, Asia, Afrika antara lain, Qatar (Bergabung pada desember
1960), Libya dan Indonesia (Desember 1962), Uni Emirat Arab (November 1967),
Aljazair (Juli 1969), Nigeria (Juli 1971), dan Ecuador (November 1973), yang
semuanya dengan status penuh serta Gabon (Desember 1973) dengan status sebagai
peninjau (associated member). Gabon dan Indonesia saat ini sudah keluar dari
keanggotaan OPEC.
Dengan semakin bertambahnya anggota OPEC maka dasar utama
pendirian organisasi inipun mengalami perubahan antara lain; mengkoordinasikan
perminyakan dan memadukan kebijaksanaan para negara anggota, melindungi
kepentingan mereka baik secara individu ataupun bersama-sama dan untuk
meningkatkan kesejahteraan negara-negara anggota[3],
Adapun langkah langkah yang dilakukan oleh OPEC di dalam mencapai tujuannya
antara lain pertama; menstabilkan harga minyak dengan cara menetapkan Break
Event Price atau harga dasar terhadap minyak yang sudah terdapat keuntungan
bagi negara produsen, kedua; mencegah terjadinya fluktuasi maksudnya adalah apabila
sampai terjadi kekosongongan atau kekurangan kebutuhan minyak dunia maka akan
dipenuhi oleh OPEC agar tidak terjadi peningkatan harga minyak yang akan
menguntungkan pihak tertentu, dan yang ketiga; membentuk peraturan peraturan
tentang kegiatan ekspor minyak dengan maksud terdapat suatu harga jual atau
harga beli yang pantas bagi pihak produsen ataupun pihak konsumen tanpa ada
yang diuntungkan atau di rugikan, [4]
Dengan melihat Pengaruh OPEC terhadap pasar minyak telah
banyak mendapat kritikan, sebagian negara anggota OPEC telah mengkhawatirkan
dunia dan memicu inflasi yang tinggi diantara negara berkembang dan negara maju
ketika mereka menggunakan embargo minyak pada krisis minyak pada tahun 1973.[5]Kemampuan
OPEC dalam mengendalikan harga minyak telah berkurang dari tahun ke tahun,
sehubungan dengan penemuan dan perkembangan dari cadangan minyak yang besar di
teluk Meksiko dan di Laut Utara, keterbukaan dari Rusia dan modernisasi pasar.
Negara-negara OPEC masih menguasai dua pertiga dari persediaan minyak dunia,
dan pada April 2009, 55,5%. Pengaruh OPEC terhadap harga minyak dunia sedangkan
untuk kelompok produsen lainnya atau Negara nonOPEC adalah seperti anggota dari
OECD dan negara-negara pecahan Uni Soviet memproduksi 26,4% dan 18.8% dari total
produksi minyak dunia
B. Peran Serta Tujuan Berdirinya OPEC Terhadap Perminyakan Dunia.
Menurut anggaran dasar dari OPEC, salah satu tujuan pokok
berdirinya OPEC adalah menentukan cara-cara terbaik untuk melindungi
kepentingan organisasi, secara individual dan kolektif.Tujuan lainnya adalah
mengejar jalan-jalan dan cara-cara untuk menjamin kestabilan harga pada pasar
minyak internasional dengan maksud mencegah fluktuasi yang berdampak
negatif.Dengan tetap memperhatikan kepentingan-kepentingan dari negara-negara
produsen minyak dan keperluan untuk menjaga pendapatan yang baik dari
negara-negara tersebut.Dan mengatur persediaan minyak yang teratur dan efisien
dari minyak bumi kepada negara yang menjaga pendapatan dari mereka yang
berinvestasi kepada industri perminyakan.
OPEC akhirnya menetapkan tujuan yang hendak dicapainya
yaitu memelihara dan meningkatkan peran dari minyak sebagai sumber energi utama
dalam mencapai pembangunan ekonomi berkelanjutan, fungsi OPEC untuk
menstabilkan harga minyak dunia diimplementasikan melalui cara-cara berikut
ini, yaitu[6]:
a.
Koordinasi
dan unifikasi kebijakan perminyakan antar negara anggota;
b.
Menetapkan
strategi yang tepat untuk melindungi kepentingan negara anggota
c.
Menerapkan
cara-cara untuk menstabilkan harga minyak di pasar internasional sehingga tidak
terjadi fluktuasi harga;
d.
Menjamin
income yang tetap bagi negara-negara produsen minyak;
e.
Menjamin
suplai minyak bagi konsumen;
f.
Menjamin
kembalinya modal investor di bidang minyak
C. OIL BOOM
Oil Boom ialah dimana Melonjaknya harga minyak yang
disebabkan oleh peperangan Timur Tengah dengan Israel sehingga menimbulkan
kekacauan politik dan tindakan
boikot dari OPEC (Organization of the Petroleum
Exporting Countries) atau Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak
Bumi, organisasi yang bertujuan menegosiasikan masalah-masalah mengenai
produksi, harga dan hak konsesi minyak bumi
dengan perusahaan-perusahaan minyak.
OIL BOOM (1973 – 1982)
Oil boom terjadi sebanyak dua kali,[7]
Oil Boom I (1973/1974)
|
Oil Boom I terjadi ketika harga minyak di pasar dunia melonjak dari
US$1.67/ barrel (1970 menjadi US$ 11.70/barrel (1973/74), karena adanya
krisis minyak sebagai akibat tindakan boikot negara-negara OPEC (timur
Tengah) yang sedang konflik dengan Israel.
|
Oil Boom II (1979/1980)
|
Harga minyak yang telah menapai US$ 15.65/ barrel (1979) melonjak lagi
menjadi US$ 29.50/ barrel (1980), terus melonjak US$ 35.00 (1981 – 1982)
|
Pada
kurun waktu 1948 hingga 1967, Timur Tengah dilanda serbagai macam konflik yang
sangat hebat.Perang mereka terhadap Israel beserta sekutu-sekutunya terjadi di
daratan yang penuh minyak tersebut. Faktor yang menyebabkan konflik itu adalah
status Negara Israel yang tidak mereka akui, akses air, perbatasan, masalah
palestina, serta yang paling umum adalah akses minyak.pada tahun 1967, Amerika
dengan nyata memberikan bantuan militernya kepada Israel untuk menghadapi
perang 6 hari yang terjadi pada 5 Juni 1967 sampai 10 juni 1967[8].
Sejak tanggal 22 Mei 1967 saat kapal-kapal yang membawa minyak masuk ke wilayah
Mesir melalui selat Tiran, di saat itu Mesir mulai memblokade akese selat itu
untuk menghalangi Israel mendapatkan akses minyak.
Menurut
Israel tindakan ini menyalahi hukum Internasional.Dari peristiwa inilah yang
memicu konflik yang berimbas pada pecahnya perang Yom Kippur pada tanggal 6
Oktober 1973.[9].perang
yang terjadi di sepanjang Terusan Suez ini membuat Negara-negara Arab menjadi
geram, karena ikutnya campur tangan Amerika dalam urusan politik regional Timur
Tengah. Sehingga pada tanggal 19 oktober 1973, Arab Saudi menyatakan penguranga
produksi minyaknya hingga 25% dan menyatakan embargo terhadap Amerika.Atas peristiwa
ini juga terjadi kelangkaan akses minyak, dan harga minyak dunia pun naik.Pada
22 Desember 1973 OPEC menyatakan untuk menaikanna harga minyak dari US$ 1.17
per barrel menjadi US$ 7 per barrel.[10].
Veneuzuel terkena imbasnya juga
Oil Boom yang
terjadi pada kisaran tahun 1970-an menyebabkan berbagai dampak bagi
perekonomian negara-negara yang memiliki sumber daya alam, khususnya minyak.
Venezuela merupakan salah satu negara yang terkena efek dari fenomena tersebut,
dilihat dari perubahan yang terjadi pada struktur masyarakatnya.Pada dasarnya,
Venezuela merupakan negara yang memiliki potensi sumber daya minyak dan mineral
yang cukup besar di kawasan Amerika Latin, namun potensi pertanian yang
dimiliki oleh Venezuela juga sangat besar. Fenomena internasional Oil Boom tersebut
menyebabkan Venezuela terus memfokuskan perekonomiannya pada sektor industri
minyak bumi yang terbukti dapat meningkatkan pendapatan negara, namun disatu
sisi arah perekonomian
Dampak
negatif yang diakibatkan oleh migrasi besar-besaran ini cukup besar, yakni
ketidaktersediaan lapangan pekerjaan yang cukup banyak bagi para migran, yang
kemudian mengakibatkan meningkatnya jumlah pengangguran di wilayah urban.[11]Bersamaan
dengan itu, sektor pertanian yang secara perlahan dan berkelanjutan
ditinggalkan oleh masyarakat, semakin mengalami penurunan dalam
produktivitasnya. Akibatnya Venezuela menjadi negara dengan jumlah luas wilayah
pertanian terkecil di wilayah Amerika Selatan, dengan 80% kepemilikan tanah
pribadi yang ada di Venezuela dimiliki oleh hanya 5% penduduknya yang merupakan
tuan tanah, dan sebagian besar dari tanah itu bahkan masih kosong dan tidak
produktif.
Keadaan
di atas berlangsung cukup lama, dan cenderung tidak ada upaya dari pemerintah
untuk kembali menyejahterakan industri pertanian Venezuela. Perjuangan yang
datang dari rakyat yang menuntut agar pemerintah segera memberlakukan keputusan
yang berpihak pada petani pun sudah muncul sejak jauh sebelum terjadinya
peristiwa Oil Boom.3 Tuntutan yang muncul antara lain lebih banyak
mengenai pemerataan distribusi lahan pertanian yang mana sejauh ini selalu
menjadi problematika di Venezuela. Kebijakan pertama yang muncul dan memiliki concern
untuk mengembalikan produktivitas pertanian muncul pada pemerintahan Hugo
Chavez Frias, yang merupakan pemimpin Venezuela yang terpilih pada tahun 1998.4
Indonesia Terkena Dampak dari Oil Boom ini..
Sejak
menjadi anggota OPEC tahun 1962, Indonesia ikut berperan aktif dalam penentuan
arah dan kebijakan OPEC khususnya dalam rangka menstabilisasi jumlah produksi
dan harga minyak di pasar internasional. Sejak berdirinya Sekretariat OPEC di
Wina tahun 1965, KBRI/PTRI Wina terlibat aktif dalam kegiatan pemantauan harga
minyak dan penanganan masalah substansi serta diplomasi diberbagai persidangan
yang diselenggarakan oleh OPEC
Sejak
perang yang terjadi di Timur Tengah meletus pada awal oktober 1973, permintaan
minyak di Indonesia di dalam pasar dunia meningkat. Sebelumnya pada awal 1971
sebenarnya Indonesia telah menandatangani beberapa kontrak bagi hasil dengan 35
perusahaan berdasarkan 45 kontrak yang diajukan. Total investasi pada saat itu
adalah US$ 456 Juta angka ini terus naik hingga 1973. Beberapa investor Jepang
telah menyepakati kontrak yang telah di tandatanginin tersebut.Dan juga
beberapa perusahaan asing dari Amerika dan Eropa juga mulai berbondong-bondong
meminta pasukan minyak ke Indonesia.
Pada
tahun 1973 terjadinya booming minyak akibat adanya embargo minyak yang
dilancarkan Negara-negara OPEC di Timur Tengah terhadap Amerika dan
Eropa.Indonesia mendapat keuntungan yang sangat besar.Amerika dan Eropa telah
mengetahui bahwa Indonesia memiliki pasokan minyak yang berlimpah dan
kualitasnya juga tidak kalah dengan yang ada di Timur Tengah.
Selain
itu harga yang relative murah juga lah yang membuat Amerika dan Eropa menyerbu
datang ke Indonesia, sehingga investor dari asing banyak yang menandatangin
kontrak production Sharing denga mitra Indonesia dalam mengelolo migas di
Indonesia. Dari sektor migas ini mendapatkan keuntngan yang sangat fantastis
mencapai 75% penerimaan.
Disaat
sedang bangganya prestasi Indoensia dalam persoalan migas, ternyata Pertamina
mengalami krisis pada akhir tahun 1974. Pertamina tidak bisa melunasi utang
jangka pendeknya dengan konsirium yang ada di Amerika (US$ 40 juta)
Namun
akibat konflik Timur Tengah dengan Israel menjadikan Negara Indonesia menjadi
krisis minyak dan harganya pun melambung sangat tinggi.Berikut ini data yang di
ambil dari British Petroleum, Stastictical Review of energy Report 2011.
Harga Minyak Dunia 1969-1975
US DOLLAR PER BARREL
TAHUN
|
$ Besaran sesuai tahunnya
|
$ 2010
|
1969
|
1,80
|
10,70
|
1970
|
1,80
|
10,10
|
1971
|
2,24
|
12,05
|
1972
|
2,48
|
12,93
|
1973
|
3,29
|
16,15
|
1974
|
11,58
|
51,23
|
1975
|
11,53
|
46,74
|
Stastictical
Review of energy Report 2011.
Pada
bulan Maret 2008, Indonesia mengumumkan akan keluar dari OPEC ketika
keanggotaan berakhir pada akhir dari tahun itu, karena menjadi importer regular
minyak dan tidak dapat memenuhi produksi kuota OPEC. Pernyataan tersebut
dikeluarkan oleh OPEC pada 10 September 2008 mengkonfirmasi keluarnya
Indonesia. Hingga Indonesia hanya membayar biaya 2 juta dollar untuk iuran dan hingga
pada saat itu keanggotaan Indonesia hanya menjadi peninjau saja.
DAFTAR PUSTAKA
Dunstan, Simon The Yom Kippur War: the Arab-Israeli War of 1973, Osprey
Publishing:
Oxford,
United Kingdom.
Herianto,
Ehho, Prospek Keberadaan Opec Dalam Pengandalian Harga Minyak
Dunia.eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1 , Nomor 2
, 2013
John R
Fanci, et all, Energy in the 21st
Century, World Scientificts Publishing: Singapore
(2011).
S. Delong, ‘Venezuela’s Agrarian Land Reform:
More like Lincoln than Lenin’,
Venezuelanalysis.com (online), 2005, <http://venezuelanalysis.com/analysis/963>,
diakses akses pada hari Senin, tanggal 14 Maret 2016
OPEC Bulletin, Oil to play even geatrer role-Naimi, Third OPEC Summit, Riyadh,
2007,
(OPEC History, 2010)
http://www.ssc.upenn.edu/polisci/psci260/OPECweb/OPECHIST.HTM
(1 of 5) [8/22/2001 9:34:14 PM], Di akses pada hari Senin, tanggal 14 Maret
2016
(OPEC Statute, 2008).
http://www.opec.org/library/Opec%20Statute/pdf/OS.pdf, Di akses
pada
hari Senin, tanggal 14 Maret 2016
http://www.opec.org/library/what%20is%20OPEC/FAQ.pdf). Di akses pada hari Senin,
tanggal
14 Maret 2016
http://www.opec.org/opec_web/en/, diakses akses pada hari Senin, tanggal 14 Maret 2016
[1] Ehho Herianto, Prospek
Keberadaan Opec Dalam Pengandalian Harga Minyak Dunia.eJournal Ilmu
Hubungan Internasional, Volume 1 , Nomor 2 , 2013: 375-386. h. 376
[2] OPEC Bulletin, Oil to play even geatrer role-Naimi, Third
OPEC Summit, Riyadh, 2007,
[3]
(OPEC History,2010)
http://www.ssc.upenn.edu/polisci/psci260/OPECweb/OPECHIST.HTM (1 of 5)
[8/22/2001 9:34:14 PM], Di akses pada hari Senin, tanggal 14 Maret 2016
[4](OPEC Statute, 2008). http://www.opec.org/library/Opec%20Statute/pdf/OS.pdf,
Di akses pada hari Senin, tanggal 14 Maret 2016
[5]http://www.opec.org/library/what%20is%20OPEC/FAQ.pdf). Di akses pada
hari Senin, tanggal 14 Maret 2016
[7]
http://pubon.blogspot.co.id/2013/03/dampak-masa-oil-boom-dalam-sistem.html
[8] Simon Dunstan, The Yom Kippur War: the Arab-Israeli War of
1973, Osprey Publishing: Oxford, United Kingdom, h. 88
[9] Ibid, h. 88
[10] John R Fanci,
et all, Energy in the 21st
Century, World Scientificts Publishing: Singapore (2011), h. 86
[11] S. Delong,
‘Venezuela’s Agrarian Land Reform: More like Lincoln than Lenin’, Venezuelanalysis.com
(online), 2005, <http://venezuelanalysis.com/analysis/963>, diakses akses pada hari Senin,
tanggal 14 Maret 2016
Komentar
Posting Komentar